Bursa Asia Bergairah! Tapi Shanghai dan IHSG Malah Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 December 2021 16:37
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Rabu (22/12/2021), karena investor masih terus memantau dampak dari virus corona (Covid-19) varian Omicron, meskipun kekhawatiran investor terkait Omicron sudah mulai berkurang.

Indeks Nikkei Jepang ditutup tumbuh 0,16% ke level 28.562,21, Hang Seng Hong Kong menguat 0,57% ke posisi 23.102,33, Straits Times Singapura naik tipis 0,08% ke 3.087,51, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,32% ke 2.984,48.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup turun tipis 0,07% ke level 3.622,62 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,38% ke posisi 6.529,59.

Indeks Shanghai ditutup turun tipis karena diperberat oleh saham pengembang properti setelah beberapa perusahaan pengembang propeti menandai adanya risiko investasi, yakni dari fundamental perusahaan yang buruk.

Indeks CSI300 Real Estate China drop 1%, setelah mencapai level tertinggi dua bulan di sesi sebelumnya. Indeks sempat rebound nyaris 20% dari level terendahnya pada November lalu di tengah tanda-tanda Beijing yang mulai mengurangi sedikit pembatasan sektor real estate untuk mencegah hard-landing.

Pemerintah China sejak Oktober lalu mendesak perusahaan bank untuk memenuhi kebutuhan pendanaan "normal" di sektor pengembang properti dan mengizinkan beberapa perusahaan real estate untuk menerbitkan lebih banyak obligasi domestik.

Hal ini memicu harapan bahwa Beijing mengurangi kampanye deleveraging terhadap sektor tersebut. Regulator juga baru-baru ini menunjukkan dukungan terhadap akuisisi proyek oleh pengembang besar untuk membantu yang lebih lemah.

"Rebound sektor properti China baru-baru ini tidak didukung oleh fundamental perusahaan," kata Cai Hongfei, analis di Central Wealth Securities, dikutip dari Reuters.

Namun, beberapa bursa Asia lainnya tetap bertahan di zona hijau, setelah adanya sentimen positif dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) yang disebut akan menyetujui obat Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer dan Merck yang diklaim efektif mencegah dan menurunkan tingkat keparahan infeksi.

Di sisi lain, pasar saham global yang sudah memasuki area jenuh jual (oversold) juga membuka ruang untuk para pelaku pasar melakukan aksi pembelian aset keuangan yang sudah diobrak murah.

"Pasar bereaksi terhadap posisi jenuh jual dalam jangka pendek. Omicron dan efeknya yang belum terukur menciptakan volatilitas signifikan, obligasi jenuh beli, saham jenuh jual," tutur Timothy Lesko, kepala Granite Investment Advisors seperti dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular