
Investor Terus Pantau Perkembangan Omicron, Yield SBN Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Selasa (21/12/2021), di mana investor masih memantau perkembangan terbaru seputaran virus corona (Covid-19) varian Omicron.
Mayoritas investor ramai memburu SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 5, 15, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield pada hari ini.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 5 tahun naik 0,7 basis poin (bp) ke level 4,902%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun melemah 0,3 bp ke level 6,3%, dan yield SBN berjangka waktu 20 tahun juga naik 0,4 bp ke level 6,826%.
Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik turun 1,7 bp ke level 6,423% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor masih memantau perkembangan terbaru dari seputaran Covid-19 varian Omicron pada hari ini, meskipun selera risiko investor cenderung kembali meningkat, ditandai dengan positifnya pasar saham di kawasan Asia, termasuk di dalam negeri.
Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Thedros Adhanom Gebreyesus mengatakan bahwa varian Omicron memang menyebar dengan lebih cepat dengan waktu transmisi hingga 3 hari saja.
Kini varian Covid-19 yang ditemukan pertama kali di Afrika Selatan tersebut sudah menyebar ke 89 negara termasuk Indonesia. Penyebaran Covid-19 Omicron di Eropa pada akhirnya memaksa Belanda untuk menerapkan kembali pembatasan sosial (lockdown) secara nasional hingga Januari nanti.
Kenaikan kasus Omicron di Inggris yang tajam membuat beberapa negara Eropa seperti Jerman melarang turis asal Britania Raya untuk berkunjung. Meskipun pasar saham berhasil rebound, tetapi cenderung bergerak dengan volatilitas tinggi. Apalagi sentimen soal Omicron juga belum benar-benar mendapatkan titik terang.
Namun di Amerika Serikat (AS), arah pergerakan yield surat utang pemerintah (Treasury) cenderung berbalik menguat pada hari ini waktu AS, menandakan bahwa kekhawatiran investor untuk sementara cenderung berkurang.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun cenderung naik 2,6 bp ke level 1,445% pada pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di level 1,419%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga cenderung melemah sebesar 2,7 bp ke level 1,875% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di level 1,848%.
Kenaikan yield Treasury terjadi di saat beberapa ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun depan, setelah setelah Senator Joe Manchin menolak rencana stimulus Presiden AS, Joe Biden sebesar US$ 1,75 triliun atau lebih dari Rp 25.000 triliun (kurs Rp 14.375/US$). Stimulus berupa paket investasi tersebut disebut Build Back Better.
Terkait seputaran Covid-19 varian Omicron di AS, pelaku pasar juga masih memantau perkembangannya, di mana strain yang menyebar lebih cepat dari varian lainnya tersebut kini menjadi strain yang dominan di AS, mewakili 73% dari kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi