Investor Belum Semangat, Bitcoin cs Cenderung Flat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin, Ethereum, dan kripto berkapitalisasi pasar besar (big cap) lainnya terpantau beragam cenderung mendatar pada perdagangan Selasa (21/12/2021) pagi hari waktu Indonesia, karena investor memperkirakan pergerakan harga kripto sangat volatil jelang pergantian tahun.
Melansir data dari CoinMarketCap per pukul 09:30 WIB, dua kripto terbesar yakni Bitcoin dan Ethereum menguat cenderung tipis, sedangkan koin digital (token) Terra dan Avalanche kembali menguat lebih dari 4%.
Bitcoin menguat 0,54% ke level harga US$ 46.966,01/koin atau setara dengan Rp 675.136.394/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.375/US$), Ethereum naik tipis 0,01% ke level US$ 3.933,74/koin atau Rp 56.547.513/koin, Terra melesat 4,27% ke US$ 81,68/koin (Rp 1.174.150/koin), dan Avalanche melonjak 4,28% ke US$ 112,14/koin (Rp 1.612.013/koin).
Sementara untuk sisanya masih terkoreksi pada pagi hari ini. Binance Coin terkoreksi 1,41% ke US$ 520,74/koin (Rp 7.485.638/koin), Solana ambles 4,65% ke US$ 171,17/koin (Rp 2.460.569/koin), Cardano melemah 1,04% ke US$ 1,23/koin (Rp 17.681), dan XRP merosot 3,1% ke US$ 0,8607/koin (Rp 12.373/koin)
Berikut pergerakan 10 kripto besar berdasarkan kapitalisasi pasarnya pada hari ini.
Bitcoin dan kripto big cap lainnya perlahan mulai kembali pulih dari koreksinya beberapa hari terakhir, meskipun sebagian kripto big cap juga ada yang masih terkoreksi pada pagi hari ini.
Hal ini karena investor melihat bahwa volatilitas pasar kripto akan cenderung meningkat jelang pergantian tahun yang tinggal 10 hari saja.
Seperti di pasar saham, investor juga masih memantau perkembangan terbaru seputaran virus corona (Covid-19) pada hari ini. Selain itu, investor juga memantau sentimen pasar lainnya yang hadir pada hari ini.
Di Amerika Serikat (AS), Omicron terlacak sudah menyebar di 43 dari 50 negara bagian AS. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pun mencatat bahwa rasio penyebarannya mencapai 1,5 kali dalam 3 hari terakhir.
"Ini merefleksikan peningkatan ketakpastian apakah lonjakan Omicron akan memicu penghentian aktivitas ekonomi secara luas, penambahan stimulus fiskal dari program 'Build Back Better' Presiden Biden," tutur Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi Leuthold Group, seperti dikutip CNBC International.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun anjlok ke bawah 1,4% pada perdagangan Senin kemarin waktu AS. Artinya, harga sedang menguat karena diburu oleh pemodal yang kian resah melihat kenaikan risiko ekonomi terkait pandemi.
Sebelumnya pada Minggu akhir pekan lalu, mayoritas negara di Benua Eropa mulai kembali melakukan langkah-langkah darurat, yakni kembali memberlakukan pembatasan sosial (lockdown) untuk membendung varian Omicron.
Di Belanda, pemerintah setempat telah memberlakukan kembali lockdown mulai Minggu kemarin hingga 14 Januari 2022.
Sementara di Inggris, Walikota London Sadiq Khan mengumumkan status "insiden besar" pada Minggu kemarin, menyusul lonjakan infeksi Covid-19 akibat varian Omicron. Dia pun mempertimbangkan untuk kembali memberlakukan lockdown.
Tak hanya di Belanda dan Inggris, negara di Eropa lainnya seperti Prancis, Siprus, Irlandia, Denmark, dan Austria juga memperketat pembatasan kegiatan masyarakat.
Di Prancis, pemerintah kota Paris pun membatalkan acara kembang api pada Malam Tahun Baru 2022, sedangkan Denmark telah menutup kembali teater, gedung konser, taman hiburan, dan museum.
Tak hanya dari seputaran varian Omicron, investor juga cenderung merespons negatif dari kemungkinan besar tidak akan cairnya stimulus fiskal di AS. Stimulus berupa paket investasi tersebut disebut Build Back Better.
Senator AS Joe Manchin, yang menjadi kunci politik guna meloloskan paket investasi Presiden AS Joe Biden senilai US$ 1,75 triliun atau lebih dari Rp 25.000 triliun (kurs Rp 14.375/US$), menyatakan tidak akan mendukung paket tersebut. Goldman Sachs pun langsung memangkas proyeksi pertumbuhan AS.
Dari analisis teknikalnya di Bitcoin, Katie Stockton, founder dan managing partner di Fairlead Strategies mengatakan bahwa ia melihat Bitcoin telah memasuki momentum jangka pendek untuk berkonsolidasi terlebih dahulu.
"Bitcoin telah memasuki momentum jangka pendek, di mana koin digital tersebut akan berkonsolidasi terlebih dahulu di atas support awal di US$ 44.200," kata Stockton, dikutip dari CNBC International.
"MACD harian yang lebih baik [divergensi konvergensi rata-rata bergerak] dan kondisi jenuh jual (oversold) jangka pendek menunjukkan bitcoin dapat melewati stabilisasi di support awal beberapa hari mendatang," tambah Stockton.
Stockton pun menambahkan bahwa bitcoin masih akan menghadapi tekanan jual dalam jangka menengah, karena grafik menunjukkan bahwa sebenarnya Bitcoin belum oversold.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)