Rupiah Keok Lagi, Terseret Kemerosotan Bursa Asia
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (20/12), meski tipis. Memburuknya sentimen pelaku pasar akibat penyebaran virus corona Omicron membuat rupiah kesulitan menguat.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.375/US$. Sempat menguat tipis 0,03%, rupiah berbalik melemah lagi 0,14% ke Rp 14.385/US$.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.375/US$, melemah 0,07% di pasar spot.
Virus corona varian Omicron hingga saat ini sudah menyebar ke 89 negara, termasuk Indonesia.
Dilansir dari CNBC Internasional, Senin (20/12/2021), WHO menyebut Omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi.
Namun, pihaknya belum mengetahui secara jelas apakah ini didorong oleh kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi antara keduanya.
Omicron saat ini dikatakan lebih mudah menyebar ketimbang varian lainnya, tetapi banyak yang mengatakan hanya menimbulkan gejala ringan dan sedang.
Badan kesehatan dunia tersebut sebelumnya menetapkan varian Omicron sebagai variant of concern pada 26 November 2021, dua hari setelah varian tersebut terdeteksi di Afrika Selatan. Namun hingga saat ini diakui masih banyak yang belum diketahui tentang varian omicron, termasuk tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
"Data keparahan klinis Omicron masih terbatas. Sehingga lebih banyak data diperlukan untuk memahami profil keparahan dan bagaimana tingkat keparahan dipengaruhi oleh vaksinasi dan kekebalan yang sudah ada sebelumnya", ujar WHO dalam update terbarunya.
Di Indonesia hingga saat ini baru ada 3 kasus positif Omicron. Pasien Omicron pertama di Indonesia tidak bergejala dan sudah dilaporkan negatif.
Meski demikian pelaku pasar khawatir cepatnya penyebaran Omicron akan membuat negara-negara kembali menerapkan pembatasan sosial yang lebih ketat hingga lockdown, sehingga perekonomian global berisiko melambat.
Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk terlihat dari jebloknya bursa saham Asia.
Indeks Nikkei Jepang ambrol, lebih dari 2%, Hang Seng Hong Kong juga minus 2%. Kemudian Kospi Korea Selatan turn 1,8%, Shanghai Composite China turun lebih dari 1%. Sementara indeks ASX Australia hanya turun 0,2% saja.
Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sempat jeblok lebih dari 1% di perdagangan sesi II.
Ketika sentimen pelaku pasar memburuk, rupiah sebagai mata uang emerging market menjadi kurang diuntungkan. Dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi lebih menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)