Tertekan Terus, Rupiah Bakal Tembus Rp 14.400/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 20/12/2021 12:43 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona varian Omicron masih memberikan tekanan bagi rupiah. Alhasil, Mata Uang Garuda kesulitan menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (20/12).

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.375/US$. Sempat menguat tipis 0,03%, rupiah berbalik melemah lagi 0,14% ke Rp 14.385/US$.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.370/US$.


Melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) rupiah masih akan tertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan nanti, meski belum akan menembus Rp 14.400/US$. Hal tersebut terlihat dari rupiah di NDF yang sedikit lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.357,50Rp14.376,4
1 BulanRp14.390,00Rp14.408,2
2 BulanRp14.434,50Rp14.412,0
3 BulanRp14.479,50Rp14.459,0
6 BulanRp14.571,00Rp14.601,0
9 BulanRp14.721,00Rp14.751,0
1 TahunRp14.925,00Rp14.940,4
2 TahunRp15.516,80Rp15.538,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Virus corona varian Omicron hingga saat ini sudah menyebar ke 89 negara, termasuk Indonesia.

Dilansir dari CNBC Internasional, Senin (20/12/2021), WHO menyebut Omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi.

Namun, pihaknya belum mengetahui secara jelas apakah ini didorong oleh kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi antara keduanya.

Omicron saat ini dikatakan lebih mudah menyebar ketimbang varian lainnya, tetapi tetapi dengan gejala ringan dan sedang. Bahkan pasien Omicron pertama di Indonesia tidak bergejala.

Meski demikian pelaku pasar khawatir cepatnya penyebaran Omicron akan membuat negara-negara kembali menerapkan pembatasan sosial yang lebih ketat hingga lockdown, sehingga perekonomian global berisiko melambat.

Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan membuat rupiah sulit menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS