
Investor Abaikan Kabar Omicron di RI, Yield SBN Menguat Lagi

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (16/12/2021), di mana investor cenderung mengabaikan sentimen dari kasus pertama virus corona (Covid-19) varian Omicron di Indonesia pada hari ini.
Mayoritas investor cenderung melepas SBN acuan pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di mayoritas SBN acuan. Hanya SBN bertenor 3 dan 15 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan melemahnya yield pada hari ini.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun kembali turun sebesar 3,5 basis poin (bp) ke level 3,592%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun melemah 0,2 bp ke level 6,29%. Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali naik sebesar 2,2 bp ke level 6,422% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor cenderung mengabaikan sentimen dari kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia pada hari ini. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (BGS).
BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Kemenkes sudah mendeteksi Covid-19 varian omicron di Tanah Air. "Kemenkes tadi malam mendeteksi ada seorang pasien berinisial N terkonfirmasi Omicron pada tanggal 15 Desember," ujarnya.
Menurut BGS, data-data itu juga sudah dikonfirmasikan ke GISAID. Kemudian GIASID juga sudah mengonfirmasi data sequencing benar adalah Omicron. Omicron merupakan varian Covid-19 yang dianggap paling mudah menular dibandingkan varian lainnya, termasuk varian Delta.
Meski dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan, tetapi jika penyebarannya semakin meluas dikhawatirkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan kembali diperketat, dan membuat perekonomian kembali melambat.
Varian Omicron terdeteksi pada akhir November lalu di Afrika Selatan (Afsel). Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memasukkannya ke dalam "varian of concern", yang perlu diwaspadai bersama Delta. Hingga kini, sudah lebih dari 72 negara terinfeksi varian tersebut.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah menyelesaikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Desember 2021. Hasilnya, seperti dugaan, suku bunga acuan dipertahankan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Desember 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Gubernur Perry Warjiyo saat membacakan hasil keputusan rapat, Kamis (16/12/2021).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan MH Thamrin tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Dari 10 institusi yang terlibat, semuanya sepakat bulat.
BI-7 Day Reverse Repo Rate sudah berada di 3,5% sejak Februari 2021. Artinya sudah 10 bulan berturut-turut BI tidak menaikan suku bunga acuannya. Suku bunga acuan di level 3,5% juga menjadi suku bunga terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi