The Fed Aman Tak Picu Gejolak, Rupiah Kini Tunggu BI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2021 09:31
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Kamis (16/12). Mata Uang Garuda juga bergerak tipis-tipis, sama dengan dua hari terakhir.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,03% ke Rp 14.325/US$, tidak lama rupiah stagnan di Rp 14.330/US$.

Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi menjadi salah satu penggerak utama di pasar valuta asing.

Kabar baiknya, pengumuman kebijakan moneter The Fed dini hari tadi tidak memicu gejolak di pasar finansial global yang disebut taper tantrum.

Dalam pengumuman tersebut, kebijakan yang diambil Ketua The Fed, Jerome Powell, beserta kolega semuanya sesuai prediksi pelaku pasar global. Tidak ada kejutan, The Fed memang secara agresif mempercepat normalisasi kebijakan moneternya, tetapi semuanya sudah ditakar.

Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 15 miliar. QE The Fed saat ini nilainya US$ 90 miliar sehingga mulai bulan Januari QE The Fed nilainya sebesar US$ 60 miliar, dan terus dikurangi setiap bulannya, hingga berakhir di bulan Maret.

Percepatan tapering tersebut persis dengan prediksi pelaku pasar, sehingga tidak ada kejutan.

Kemudian untuk suku bunga, dilihat dari Dot Plot anggota Federal Open Market Committee (FOMC), akan ada tiga kali kenaikan suku bunga di tahun depan. Lagi-lagi sesuai dengan perkiraan pelaku pasar, yang tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group.

Pasca pengumuman tersebut, yield obligasi AS (Treasury) tenor 10 tahun mengalami kenaikan 0,17 basis poin menjadi 1,4582%. Kenaikan tersebut terbilang biasa saja, tidak ada lonjakan yield Treasury yang bisa memicu taper tantrum seperti di tahun 2013. Selain itu, indeks dolar AS bukannya menguat malah turun 0,23% pada perdagangan Rabu.

Dengan demikian, rupiah berpeluang menguat pada hari ini, meski penguatannya masih belum akan besar sebab pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan MH Thamrin tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Dari 10 institusi yang terlibat, semuanya sepakat bulat. Tetapi pelaku pasar akan menanti bagaimana respon BI terhadap kebijakan The Fed yang berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Gembira di Awal 2023, Rupiah Siap Ngegas!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular