
Bursa Asia Kurang Bergairah, Hang Seng-Shanghai Loyo!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia kembali ditutup beragam cenderung kurang bergairah pada perdagangan Rabu (15/12/2021), di mana pasar saham di China terkoreksi karena investor mencerna beberapa data ekonomi China yang dirilis pada hari ini.
Indeks Nikkei Jepang ditutup naik 0,1% ke level 28.459,72, KOSPI Korea Selatan juga naik tipis 0,05% ke posisi 2.989,39, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,16% menjadi 6.626,257.
Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 0,91% ke level 23.420,76, Shanghai Composite China melemah 0,38% ke posisi 3.647,63, dan Straits Times Singapura turun 0,2% ke 3.114,88.
Dari data ekonomi China, output industri pada periode November 2021 naik menjadi 3,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari periode Oktober lalu yang sebesar 3,5% dan juga lebih baik dari ekspektasi pasar dalam survei Reuters sebesar 3,6%.
Sementara itu dari data penjualan ritel China pada bulan lalu dilaporkan menurun menjadi 3,9% (yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu sebesar 4,9%. Angka ini juga dibawah dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters di angka 4,6%.
Di lain sisi, perusahaan bioteknologi China, yakni BeiGene telah memulai debut perdagangannya di indeks Shanghai pada hari ini, di mana saham BeiGene berada di papan layaknya Nasdaq versi China.
Harga penawaran saham BeiGene sebesar 192,6 yuan (US$ 30,24) per saham dan perseroan berhasil mengumpulkan dana lebih dari US$ 3 miliar pada proses IPO tersebut.
Sebelumnya, BeiGene sudah terdaftar di bursa saham Hong Kong dan bursa saham AS, yakni di indeks Nasdaq.
Sementara itu dari perkembangan virus corona (Covid-19) varian Omicron, Pfizer mengumumkan bahwa obatnya untuk perawatan pasien Covid-19 terbukti efektif dalam analisis akhir, termasuk terhadap varian Omicron baru.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kembali memperingatkan pada Selasa kemarin bahwa varian Omicron tampaknya menyebar lebih cepat dari varian Covid-19 sebelumnya.
Beragamnya bursa Asia pada hari ini terjadi di tengah kembali terkoreksinya bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS, karena panasnya kembali inflasi AS dari sektor produsen (producer price index/PPI) pada November lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,17%, S&P 500 melemah 0,67%, dan Nasdaq Composite kembali ambles 1,06%.
Koreksinya kembali Wall Street pada perdagangan kemarin disebabkan oleh rilis data inflasi AS dari sektor produsen (producer price index/PPI) periode November 2021 yang kembali melonjak 9,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun PPI AS pada bulan lalu lebih besar dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 9,2%.
Sementara secara basis bulanan (month-on-month/mom), PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalunaik 0,8%, juga di atas ekspektasi pasar di angka 0,5%.
Pembacaan inflasi dari sektor produsen yang juga memanas terjadi jelang rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) selama dua hari yang dimulai pada Selasa kemarin.
Pada hari ini, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS cenderung stagnan, karena investor kembali memasang sikap wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru The Fed.
Pada Rabu (15/12/2021) siang waktu AS atau Kamis (16/12/2021) dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis risalah dari rapat tersebut, dengan proyeksi triwulanan untuk ekonomi AS, inflasi dan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan mengadakan konferensi pers.
Investor akan mengamati dengan cermat komentar dari The Fed, di mana bank sentral paling powerful di dunia tersebut berencana untuk mempercepat program pengurangan pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering.
Proses tapering sudah mulai dilakukan oleh The Fed pada akhir November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol, diperlukan waktu selama 8 bulan atau perkiraannya akan berakhir pada Juni 2022. Namun, The Fed berpotensi mempercepat tapering, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
