'Kiamat' Teller, Bos Bank-bank Kelas Kakap Ungkap Fakta Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
Rabu, 15/12/2021 09:45 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pucuk pimpinan bank kelas kakap di tanah Air menyiapkan sejumlah strategi mengenai bakal terancamnya pekerjaan teller bank dalam beberapa tahun ke depan. Profesi ini akan hilang seiring dengan tren penggunaan teknologi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, pada tahun 2045 mendatang, kemungkinan sudah tidak ada lagi profesi teller bank karena masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan teknologi digital.

Fenomena ini bahkan sudah terjadi di Eropa di mana beberapa bank sudah beroperasi tanpa memberikan layanan secara personal dan digantikan oleh teknologi.


Bank-bank kelas kakap di tanah Air juga turut menyiapkan sejumlah strategi terkait hal ini mulai dari peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) para teller bank, dan pegawai customer service dengan memberikan pelatihan, hingga mengalihkan ke unit bisnis lainnya secara bertahap.

Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Panji Irawan mengungkapkan, strategi perusahaan memberikan pendidikan dan melakukan pemetaan (mapping) talent yang dimiliki oleh para teller.

Lalu perusahaan juga memberikan arahan-arahan berdasarkan mapping tadi dan memberikan banyak keterampilan kepada pegawai teller bank.

"Diberikan skill set, diberikan banyak keterampilan dan pada akhirnya kami memiliki banyak anak usaha, itu salah satu menyalurkan talent-talent yang dimiliki oleh para teller. Dan jangan lupa, digitalisasi menimbulkan disiplin ilmu baru, disiplin skill set yang bisa dipelajari kepada teller tersebut," katanya kepada CNBC Indonesia.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), Hery Gunardi mengungkapkan fakta menarik. Saat ini, tren jumlah cabang di BRIS juga kian menyusut seiring dengan terjangan digitalisasi.

"Khusus untuk BSI pertama saat kami merger itu jumlah cabang sekitar 1.365 tapi banyak yang overlap cabang ini jd tahun ini dan tahun depan jml cabang kami akan berkurang mungkin akan mencapai sekitar 1.100 cabang," kata Hery Gunardi.

Kedua, kata dia, dengan digitalisasi dan dengan pandemi covid membuat proses digitalisasi makin cepat sehingga nantinya jumlah transaksi via teller akan makin turun.

"Benar memang nanti akan berkurang hanya saja mereka akan reskilling dan diberikan pekerjaan di tempat lain. Misal dalam bidang digital untuk menjadi semacam ambasador digital. Jadi, mereka nggak akan kehilangan pekerjaan," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Royke Tumilaar, kepada CNBC Indonesia mengungkapkan, tren berkurangnya peran teller bank memang sudah dimulai.

Saat ini, banyak nasaah BNI yang menggunakan mobile banking sehingga, volume transasksi yang ada di teller, di customer service mulai berkurang banyak.

"Kita mulai berpikir untuk shifting orang-orangnya ke unit-unit yang dalam rangka untuk memasarkan produk-produk digital ini. Jadi kita mulai melakukan pelatihan-pelatihan, tapi belum tentu semua," katanya.

"Memang pelan-pelan, baru hibrid, di kota-kota yang literasi keuangan cukup kuat, bisa di daerah kampus, perkantoran, itu mulai kelihatan bahwa orang ke bank mulai sedikit," imbuh Royke.

Hal ini terlihat dari kebiasaan masyarakat yang senang menggunakan transaksi secara digital seperti via QRIS, menggunakan aplikasi dan berbagai macam sistem pembayaran yang mengurangi cash.

"Sudah mulai berkurang orang ke teller, orang ganti kartu aja bisa ambil di mesin ATM, buka rekening bisa di mana-mana.
Perubahan-perubahan ini, apalagi tahun 2045, tapi kan kita harus siapkan transisinya, tidak semua cabang akan berubah dalam waktu dekat, tapi akan mulai ada perubahan," beber Royke.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Sunarso menilai, perubahan tren kebiasaan masyarakat ke arah digital memang menjadi keniscayaan, tapi prosesnya perubahan secara drastis tidak akan menghilangkan fungsi teller.

"Tidak akan seperti itu seketika, yang namanya digitalisasi di negara seperti Indonesia tidak mendadak digital, tidak mendadak cashless, dan tidak menghilangkan fungsi-fungsi teller, karena masih banyak masyarakat kita ketemu one on one, masih banyak masyarakat kita yang butuh layanan secara manual," kata Sunarso.

Dia menekankan, di sinilah perbankan harus mengikuti apa yang kebutuhan nasabah karena bisa saja berbeda-beda di setiap daerah.

"Menurut saya, yang paling penting, perbankan harus mengikuti journey daripada masyarakat itu sendiri, begitu mendadak kita ubah jadi digital, ya terus yang masih manual-manual itu dilayani siapa," tukas Sunarso.


(sys/sys)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ini Kinerja Emiten Bank Big Cap, Ada BMRI, BRIS dan BBRI