
Sentimen Pasar Cenderung Beragam, Yield SBN Cenderung Mixed

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (13/12/2021) awal pekan ini, di tengah cenderung beragamnya sentimen hari ini, meskipun pelaku pasar masih cenderung optimis.
Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam. Di SBN bertenor 3, 5, 25 dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield).
Sebaliknya, di SBN berjatuh tempo 1, 10, 15, dan 20 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan melemahnya harga dan kenaikan yield. Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 5 tahun menjadi yang paling besar pelemahan yield-nya pada hari ini, yakni turun sebesar 3,1 basis poin (bp) ke level 4,816%.
Sedangkan SBN berjatuh tempo 1 tahun menjadi yang paling besar penguatan yield-nya, yakni naik signifikan 14,7 bp ke level 3,394%. Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik naik sebesar 0,6 bp ke level 6,314% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Beragamnya pergerakan yield SBN pada hari ini terjadi di tengah masih optimisnya pasar hari ini, terlihat dari kembali menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kabar positif datang dari perusahaan produsen vaksin yakni Pfizer dan BioNTech yang mengatakan bahwa data awal penelitian di lab mereka, tiga dosis vaksin buatan mereka mampu meredam Omicron secara efektif.
Di sisi lain, AS melaporkan bahwa virus Covid-19 varian omicron telah masuk ke Negara Adidaya tersebut dua pekan lebih dini dari yang semula diperkirakan, yakni tepatnya pada 15 November.
Meski demikian, tidak ada lonjakan angka kematian atau tsunami pasien Covid-19 di Negeri Paman Sam tersebut, mengindikasikan bahwa varian terbaru tersebut tidak memicu angka kematian dan keparahan, meski diduga lebih mudah menular.
Walaupun sentimen yang hadir pada hari ini lebih cenderung ke arah positif, tetapi investor di AS kembali khawatir dan juga kembali memburu pasar obligasi pemerintah pada hari ini, karena saat ini mereka juga tengah berfokus pada rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terbarunya pada pekan ini.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun cenderung turun 1 bp ke level 1,479% pada pukul 06:25 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat (10/12/2021) pekan lalu di level 1,489%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga cenderung melemah sebesar 1,7 bp ke level 1,867% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan lalu di level 1,884%.
Investor juga terus mencerna data inflasi AS yang lebih panas pada bulan lalu, di mana inflasi Negeri Paman Sam pada November 2021 melonjak 6,8% secara tahunan dan menjadi lonjakan terbesar sejak 1982. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 6,7%.
Fokus investor pekan ini kemungkinan akan tertuju pada pertemuan kebijakan terbaru The Fed selama dua hari, yang dimulai pada Selasa (14/12/2021) waktu AS hingga Rabu (15/12/2021) waktu AS.
The Fed juga diperkirakan akan mengumumkan bahwa mereka akan mempercepat langkah pengurangan program pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering pada pengumuman hasil rapat The Fed pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi