
Usai Lewati Pekan yang Buruk, Bitcoin Cs Mulai Pulih Hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Koin kripto raksasa mencoba pulih pada perdagangan hari ini, Minggu (12/12/2021), setelah mengalami tekanan aksi jual sepanjang pekan lalu di tengah ketidakpastian soal varian anyar Covid-19 Omicron dan rencana pengetatan moneter ala bank sentral Amerika Serikat (AS).
Melansir data Coinmarketcap, pada pukul 15.21 WIB, koin dengan kapitalisasi pasar terbesar bitcoin naik 2,13% dalam 24 jam terakhir ke posisi US$ 49.267,51. Sementara, dalam sepekan, koin kripto tertua tersebut masih turun 0,58%.
Harga bitcoin saat ini memang masih jauh dari level tertinggi sepanjang masa di US$ 68.789,63 pada 10 November 2021. Namun, harga sekarang masih lebih baik dari aksi jual besar-besaran (sell-off) pada 3-4 Desember lalu ketika harganya hampir menyentuh US$ 45.000.
Koin kripto nomor dua, ethereum juga berhasil rebound 1,20% dalam 24 jam terakhir ke US$ 4.050,38. Namun, selama sepekan, ethereum masih ambles 3,93%. Seperti bitcoin, harga ethereum masih jauh di bawah level tertingginya di US$ 4.860 yang diraih pada 10 November lalu.
Berikut tabel kinerja 5 koin kripto jumbo tanpa stablecoin (Tether).
Asal tahu saja, stablecoin adalah kripto yang harganya dirancang untuk dipatok ke mata uang kripto, uang kertas, atau komoditas yang diperdagangkan di bursa.
Kripto Big Cap (Selain Stable Coin, seperti Tether)
Nama | Kode | Harga Terakhir (US$) | % 24 Jam | % Sepekan |
Bitcoin | BTC | 49267.51 | 2.13 | -0.58 |
Ethereum | ETH | 4050.38 | 1.20 | -3.93 |
Binance Coin | BNB | 567.27 | 3.34 | -1.90 |
Solana | SOL | 170.08 | -0.10 | -15.24 |
Cardano | ADA | 1.34 | 7.27 | -3.84 |
Sumber: Coinmarketcap | Harga terakhir per 12 Desember 2021, pukul 15.21 WIB
Dari 5 kripto berkapitalisasi pasar besar (big cap) di atas, hanya solana yang masih tertekan, dengan minus 0,10% dibandingkan hari sebelumnya. Ini lantaran Solana anjlok cukup dalam, sebesar 15,24% dalam sepekan.
Amblesnya, solana terjadi di tengah kabar kinerja blockchain kripto yang digadang-gadang sebagai pesaing utama ethereum ini dilaporkan terkena serangan distributed denial-of-service (DDoS) selama 24 jam pada Jumat (10/12), sebagaimana diwartakan Cointelegraph.
Sementara, altcoin yang menjadi jawara hari ini adalah Quant (QNT) yang melonjak sebesar 23,28%. Sementara, top losers hari ini disematkan kepada IoTeX (IOTX) yang anjlok 6,69%.
Adapun dalam sepekan, NEAR Protocol (NEAR) memimpin kenaikan sebesar 36,66% dan Kadena (KDA) menjadi koin 'pecundang, dengan anjlok 22,90% dalam 7 hari terakhir.
Campur-Aduk Sentimen Pasar Pekan Ini
Melansir laman Decrypt, sentimen terhadap kripto sepanjang minggu ini warna-warni.
Pada Senin, Bancolombia, bank terbesar di Kolombia, mengumumkan program percontohan (pilot project) yang akan memungkinkan sejumlah kecil pelanggan untuk membeli bitcoin, ethereum, litecoin, dan bitcoin cash langsung dari rekening bank mereka.
Regulator keuangan negara itu akan mengawasi program tersebut, yang nantinya akan turut mengembangkan kerangka peraturan seputar kripto.
Pada Selasa, pemerintahan AS Joe Biden menerbitkan sebuah dokumen yang disebut "Strategi Amerika Serikat untuk Melawan Korupsi." Salah satu proposal untuk membantu memerangi korupsi adalah pembentukan "Tim Penegakan Cryptocurrency Nasional" yang akan menangani penyalahgunaan kriminal kripto.
Sehari setelahnya, Rabu membawa lebih banyak berita menarik bagi penggemar kripto yang taat hukum.
Delegasi CEO dari enam perusahaan kripto teratas, termasuk Coinbase, Circle, FTX, dan Paxos, mengunjungi Kongres AS untuk membahas pentingnya kripto dan peraturan dalam sidang selama lima jam.
Pada Jumat, di tengah pengumuman inflasi AS yang semakin tinggi, bitcoin yang disebut-sebut sebagai aset lindung nilai dari inflasi malah turun pada har itu--kendati sempat naik 2% dalam beberapa menit setelah data inflasi dirilis.
Asal tahu saja, Indeks Harga Konsumen (CPI) Departemen Tenaga Kerja AS untuk semua item naik 6,8% dalam 12 bulan hingga November, tertinggi sejak Mei 1982.
Peningkatan biaya hidup sejalan dengan perkiraan rata-rata ekonom dalam survei Reuters, tetapi angka tersebut meningkat tajam dari Oktober 6,2%.
Melorotnya bitcoin usai mendengar kabar inflasi yang meroket tersebut sontak membuat sebagian investor mempertanyakan kemampuan bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedging) alias 'emas digital'.
Sebagaimana diketahui, emas sudah sejak lama dianggap sebagai hedge asset kala inflasi meninggi.
David Z. Morris dalam sebuah kolom di Coindesk lantas memberikan argumen mengenai hal tersebut. Dia bilang, gagasan bahwa bitcoin adalah aset lindung nilai saat inflasi benar-benar murni spekulatif.
"Ide tersebut menarik, dan mungkin menjadi kenyataan di masa depan, dan mungkin menjadi alasan rasional untuk berspekulasi tentang bitcoin sekarang. Namun itu bukan mekanisme yang benar-benar berfungsi di masa sekarang," kata David.
David melanjutkan, narasi bahwa bitcoin bisa menjadi aset hedging bisa menjadi kenyataan jika adopsi atau penerimaan bitcoin terus berlanjut ke depan.
Artinya, jika para perusahaan, ekonomi, dan individu memindahkan sejumlah besar kekayaannya ke bitcoin, harga kripto terjumbo tersebut akan lebih stabil dan mungkin bisa menjadi 'pelindung' saat inflasi memanas.
"Begitulah cara beberapa orang menggunakan emas. Itulah sebabnya bitcoin kadang-kadang disebut sebagai 'emas digital'. Investor dan kolumnis CoinDesk Nic Carter baru-baru ini menunjukkan bahwa jika bitcoin mendapatkan adopsi yang mirip dengan emas, itu berarti tumbuh 10x (kali) dari posisi kita sekarang. Hal tersebut sepertinya skenario masa depan yang sangat mungkin bagi saya," beber David.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Bitcoin Terus Melonjak Tinggi