Ternyata Ini yang Bikin Harga Kripto Rontok Parah Lagi

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Sabtu, 11/12/2021 14:49 WIB
Foto: Infografis/Waspada Risiko Perdagangan Aset Kripto/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (CPI) Departemen Tenaga Kerja AS telah meningkat. Indeks tersebut diperhatikan dengan cermat oleh trader kripto karena oleh beberapa investor menganggap aset kripto dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi.

CPI untuk semua item naik 6,8% dalam 12 bulan hingga November, tertinggi sejak Mei 1982. Peningkatan biaya hidup sejalan dengan perkiraan rata-rata ekonom dalam survei Reuters, tetapi angka tersebut meningkat tajam dari Oktober 6,2%.

Bitcoin naik 2% dalam beberapa menit setelah data CPI dirilis, diperdagangkan sekitar US$ 50.000. Namun dalam beberapa jam, harga malah telah turun hingga di bawah level $48.000.


Pedagang Crypto mungkin melihat tingkat inflasi yang tinggi sebagai sinyal bagi Federal Reserve untuk mempercepat penarikan stimulus moneternya.

Pada pertemuan bulan lalu, bank sentral AS mengumumkan rencana untuk mulai mengurangi pembelian obligasi senilai US$ 15 miliar per bulan yang nilai awalnya mencapai US$ 120 miliar per bulan.

Pekan depan, The Fed diperkirakan akan menggandakan laju tapering untuk mengurangi seluruh pembelian obligasi pada Maret, lebih cepat dari perkiraan pada pertengahan 2022. Stimulus moneter yang lebih sedikit mungkin berdampak buruk bagi bitcoin, karena harga aset kripto telah dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh asumsi bahwa triliunan dolar pencetakan uang oleh Fed akan memicu inflasi.

"Kami mengharapkan lebih banyak perdagangan sideways karena pandangan beralih ke pertemuan bank sentral minggu depan," kata Lennard Neo, analis di Stack Funds, dikutip coindesk.

Pada pukul 14.30 WIB, melansir coinmarketcap.com, enam koin kripto dengan kapitalisasi terbesar tercatat mengalami pelemahan harga dalam 24 jam terakhir.

Binance dan Solana tercatat terkoreksi nyaris 5%, sedangkan Cardano dan Ethereum berada di kisaran 3%. Adapun Tether dan Bitcoin memerah di zona kurang dari 1%.

Setelah rilis data CPI Oktober bulan lalu, bitcoin melonjak hampir US$ 3.000 dan dengan cepat mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di US$ 68.950. Namun dalam beberapa jam, pergerakan berbalik sepenuhnya, dan harga turun karena lebih banyak pedagang beralih untuk fokus pada konsekuensi logis dari inflasi yang lebih cepat: pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve yang mungkin mengurangi permintaan untuk aset berisiko dari saham hingga mata uang kripto.

Aset kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar saat ini diperdagangkan sekitar $47.900, turun 31% dari tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada awal November, ketika laporan inflasi terakhir dirilis. Sementara itu harga tersebut masih naik 64% sepanjang tahun ini.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran Vs Israel Membara, Kemana Dana Investor Kakap Lari?