Tunggu Data Inflasi, Wall Street Melemah pada Pembukaan
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan perdagangan Kamis (9/12/2021), di tengah aksi ambil untung pemodal setelah reli besar dalam 3 hari terakhir.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 148 poin (-0,4%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit menjadi 153,3 poin (-0,43%) ke 35.601,41. S&P 500 susut 13 poin (-0,28%) ke 4.688,23. Nasdaq turun 30,2 poin (-0,19%) ke 15.756,83.
Rilis klaim tunjangan pengangguran mingguan menunjukkan ada 184.000 pengangguran baru yang mengajukan tunjangan pekan lalu, atau lebih mendingan dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 211.000 klaim.
Namun, investor belum berani jor-joran masuk, sehingga melakukan aksi jual saham-saham yang siklikal. Saham maskapai penerbangan tertekan di pembukaan, di mana Delta Airlines dan United Airlines kompak melemah 1%.
Analis pasar senior Oanda Ed Moya menilai pasar masih wait-and-see jelang rilis inflasi, yang bisa memicu "pertaruhan kenaikan Fed Rate." Pasar memprediksi laju tapering akan diperkuat dua kali lipat, diikuti kenaikan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) kuartal I-2022.
"Di satu sisi pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja menyediakan alasan untuk bersikap optimistis terhadap ekonomi, inflasi juga kian panas dan menyentuh level tertinggi 30 tahun," tulis UBS dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Ekonomi dalam survey Dow Jones memperkirakan indeks harga konsumen tersebut akan melesat 6,7% secara tahunan, menjadi penguatan yang terbesar sejak Juni 1982. Inflasi bulanan diprediksi sebesar 0,7%.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi akan bereaksi terhadap lonjakan inflasi tersebut, dengan memangkas pembelian surat berharga di pasar dari US$ 120 miliar menjadi US$ 30 miliar.
Kemarin, indeks Dow Jones dan S&P 500 melesat masing-masing sebesar 0,1% dan 0,3%, atau mencetak reli ketiga hari beruntun. Nasdaq menguat 0,64%, yang juga merupakan reli ketiga hari beruntun. Indeks S&P 500 kini hanya terpaut 0,9% dari rekor tertinggi sepanjang masanya yang dicetak pada 22 November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)