Sebagian Investor Masih Pilih Aman, Harga Mayoritas SBN Naik

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 December 2021 18:41
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (8/12/2021), di tengah beragamnya kabar terbaru dari virus corona (Covid-19) varian Omicron pada hari ini.

Mayoritas investor di pasar obligasi pemerintah RI ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3, 20, dan 25 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya kembali yield pada hari ini.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun naik 0,9 basis poin (bp) ke level 3,731%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun dan 25 tahun naik sebesar 0,8 bp ke level 7,153% dan 7,2%. Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik turun 3,6 bp ke level 6,382%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Setelah selama hampir dua pekan mengalami penguatan yield, pasar SBN pada hari ini cenderung kembali mengalami pelemahan yield, meskipun sikap pasar pada hari ini cenderung optimis di tengah beragamnya kabar terbaru dari Covid-19 varian Omicron.

Pada awal pekan ini, kabar baik seputar Omicron datang dari Amerika Serikat (AS), di mana Penasihat Medis Gedung Putih Amerika Serikat (AS), Anthony Fauci mengatakan bahwa data awal pada varian Omicron tersebut "membesarkan hati" karena menunjukkan tingkat keganasan yang rendah, meski diperlukan informasi lebih lanjut untuk memahaminya.

Adapun kabar baik kembali datang, di mana CEO Pfizer, Albert Bourla pada Selasa (7/12/2021) kemarin menyatakan bahwa varian Omicron lebih ringan dibandingkan dengan strain sebelumnya. Tetapi juga mudah menyebar dan bisa memicu mutasi lanjutan di masa mendatang.

Hanya saja, ilmuwan Afrika Selatan menyebutkan bahwa Omicron daapt mengurangi kemampuan antibodi yang diciptakan vaksin Pfizer dan BioNTech. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan penelitian permulaan.

Alhasil, kabar terbaru yang cenderung beragam juga membuat yield surat utang pemerintah AS (Treasury) berbalik melemah, setelah beberapa hari mencatatkan penguatan. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 4,9 bp ke 1,431% pukul 06:05 waktu setempat, dari posisi Selasa (7/12/2021) kemarin di level 1,48%.

Sementara itu, yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga turun sebesar 3,7 bp ke level 1,758% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di level 1,795%. Di tengah beragamnya kabar terbaru dari seputaran varian Omicron, pelaku pasar di Negeri Paman Sam akan memantau data lowongan pekerjaan JOLTs pada Oktober lalu.

Biro Statistik Tenaga Kerja (The Bureau of Labor Statistics) AS akan merilis data lowongan pekerjaan tersebut pada pukul 10:00 pagi waktu AS atau pukul 22:00 WIB. Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan ada 10,6 juta posisi lapangan pekerjaan yang terbuka Oktober lalu, naik dari sebelumnya sebesar 10,4 juta pada September.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular