Bursa Asia Masih Unjuk Gigi, Hanya STI yang Lesu

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 December 2021 16:58
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia kembali ditutup semarak pada perdagangan Rabu (8/12/2021), menyusuli positifnya bursa saham global karena investor merespons positif terkait laporan awal tentang dampak potensial dari virus corona (Covid-19) varian Omicron.

Hanya indeks Straits Times Singapura yang ditutup di zona merah pada hari ini, di mana indeks saham acuan Negeri Singa tersebut ditutup melemah 0,16% ke level 3.129,77.

Sedangkan sisanya kembali ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang berakhir melonjak 1,42% ke level 28.860,62, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,06% ke 23.996,869, Shanghai Composite China melesat 1,18% ke 3.637,57, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,34% ke 3.001,80, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,02% ke 6.603,798.

Indeks Hang Seng berakhir naik tipis karena investor di negara tersebut kembali dibayangi oleh krisis likuiditas perusahaan properti China yang kembali mencuat dan kekecewaan investor atas perdagangan perdana saham media sosial China, Weibo di bursa Hong Kong.

Saham Weibo melakukan debut pasarnya di bursa Hong Kong pada hari ini, dengan harga penawaran perdananya sebesar HK$ 272,80 per saham atau US$ 34,98 per saham.

Saham Weibo sendiri sudah terdaftar di bursa New York, Amerika Serikat (AS), tepatnya di indeks Nasdaq. Proses debut Weibo di bursa Hong Kong juga terjadi setelah saham ride-hailing China yakni Didi berpotensi melakukan delisting di bursa New York.

Masih dari China, perdagangan salah satu saham pengembang properti China, yakni Kaisa telah disuspensi pada hari ini.

Bahkan, suspensi saham Kaisa pada hari ini merupakan suspensi yang kedua kalinya, di mana suspensi pertama dilakukan pada November lalu.

Kaisa juga masih bergulat dengan krisis likuiditas, di mana perusahaan tampaknya tidak dapat memenuhi batas waktu utang luar negerinya sebesar US$ 400 juta pada Selasa (7/12/2021) kemarin. Kaisa dapat terancam gagal bayar (default) jika pihaknya tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Tetapi, sebagian besar investor di Asia pada hari ini kembali optimis setelah mereka mengetahui bahwa laporan awal tentang dampak potensial dari virus corona (Covid-19) varian Omicron cenderung tidak terlalu berbahaya seperti varian sebelumnya, termasuk varian Delta.

"Pasar sangat sensitif terhadap setiap kabar terbaru dari Omicron dan tidak adanya berita buruk pada hari ini dianggap sangat positif oleh pasar ekuitas," kata Stefan Hofer, kepala strategi investasi di bank swasta LGT di Asia Pasifik, dikutip dari Reuters.

Kabar positif lainnya datang dari perusahaan produsen vaksin Covid-19 yakni Pfizer, di mana CEO Pfizer, Albert Bourla pada Selasa kemarin menyatakan bahwa varian Omicron lebih ringan dibandingkan dengan strain sebelumnya, tetapi juga mudah menyebar dan bisa memicu mutasi lanjutan di masa mendatang.

Hanya saja, ilmuwan Afrika Selatan menyebutkan bahwa Omicron daapt mengurangi kemampuan antibodi yang diciptakan vaksin Pfizer dan BioNTech. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan penelitian permulaan.

Sebelumnya pada awal pekan ini, Penasihat Medis Gedung Putih Amerika Serikat (AS), Anthony Fauci mengatakan bahwa data awal pada varian Omicron tersebut "membesarkan hati" karena menunjukkan tingkat keganasan yang rendah, meski diperlukan informasi lebih lanjut untuk memahaminya.

AS sejauh ini menemukan varian terbaru tersebut di 50 negara di dunia dan 19 negara bagian di Negeri Paman Sam tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular