Omicron Konon Tak Berbahaya, Bursa Asia Finish Bergairah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 December 2021 18:10
A man wearing a face mask looks back as workers installing the nameplate of the Beijing Stock Exchange on the Financial Street in Beijing, Sunday, Nov. 14, 2021. According the local news report, the Beijing Stock Exchange will start trading on Monday, Nov. 15. (AP Photo/Andy Wong)
Foto: AP/Andy Wong

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (7/12/2021), karena investor cenderung optimis dan tidak terlalu khawatir kembali dari varian Covid-19 varian Omicron setelah beberapa pengamat mengatakan bahwa varian Omicron tidak sebahaya yang diperkirakan oleh pasar sebelumnya.

Indeks Nikkei Jepang ditutup melonjak 1,89% ke level 28.455,60, Hang Seng Hong Kong meroket 2,72% ke 23.983,66, Shanghai Composite China naik 0,16% ke 3.595,09, Straits Times Singapura menguat 0,59% ke 3.134,66, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,62% ke 2.991,72, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,85% ke posisi 6.602,569.

Indeks Hang Seng ditutup melesat lebih dari 2% dan memimpin penguatan bursa Asia pada hari ini karena didorong oleh sentimen dari pemangkasan rasio cadangan minimum perbankan (required reserve rasio/RRR) oleh bank sentral China.

Selera risiko investor kembali meningkat setelah bank sentral Negeri Panda memangkas RRR pada Senin (6/12/2021) kemarin, di mana pemangkasan RRR ini merupakan langkah kedua kalinya pada tahun ini.

Bank sentral China melonggarkan kewajiban RRR untuk perbankan di China menjadi 1,2 triliun yuan (US$ 188 miliar) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China yang sempat melambat akibat pandemi Covid-19.

Pelonggaran RRR oleh bank sentral China diharapkan juga dapat mendorong perbankan di China untuk menyalurkan kredit di tengah krisis likuiditas beberapa perusahaan properti China yang masih berlangsung hingga kini.

Namun untuk indeks Shanghai China berakhir menguat cenderung tipis pada hari ini, meskipun sentimen pasar cenderung positif.

Meskipun investor di China optimis dan saham sektor properti China berhasil rebound, tetapi sentimen dari krisis likuiditas dari perusahaan Evergrande Group masih akan membayangi pasar di China, selama pihak Evergrande belum berhasil menyelesaikan masalah likuiditasnya.

Terdengar kabar terbaru dari Evergrande di mana beberapa pemegang obligasi luar negeri dari perusahaan tersebut tidak menerima pembayaran kupon pada akhir masa tenggang 30 hari yang jatuh tempo pada Senin kemarin.

Kembali gagalnya Evergrande untuk melakukan pembayaran bunga dapat menjadikan perusahaan properti terbesar kedua di China tersebut kembali berisiko gagal bayar (default). Investor pun kembali mengamati apakah Evergrande dapat berhasil merestrukturisasi utangnya.

Meskipun di China masih dibayangi oleh krisis likuiditas perusahaan properti, tetapi sebagian besar pelaku pasar di Asia cenderung optimis pada hari ini.

Investor di Asia mulai tidak terlalu khawatir dengan sentimen dari Covid-19 varian Omicron, setelah beberapa pengamat mengatakan bahwa varian Omicron tidak sebahaya yang diperkirakan oleh pasar sebelumnya.

Optimisme pelaku pasar di Benua Kuning membuat indeks Nikkei juga ditutup melesat lebih dari 1% pada perdagangan hari ini.

Bergairahnya bursa saham Asia juga tak terlepas dari kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang apik dini hari tadi. Mengawali pekan ini, saham-saham di Negeri Paman Sam ditutup menguat.

Indeks Dow Jones melesat 1,87% dan memimpin penguatan. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat 1,17% dan 0,93%.

Positifnya bursa saham Negeri Paman Sam kemungkinan akan berlanjut pada hari ini, ditandai dari harga kontrak berjangka (futures) indeks saham AS yang kembali menguat pada pagi hari ini waktu AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular