Investor Lagi-Lagi Melepas SBN, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
06 December 2021 18:50
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (6/12/2021) awal pekan ini, di mana investor masih memantau sentimen dari virus corona (Covid-19) varian Omicron dan potensi pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mayoritas investor di pasar obligasi pemerintah RI cenderung melepas kepemilikannya hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan.

Hanya SBN bertenor 25 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan kembali melemahnya yield SBN tenor tersebut. Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 25 tahun turun 0,2 basis poin (bp) ke level 7,19% pada hari ini.

Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 2,3 bp ke level 6,416%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Meskipun investor masih memantau perkembangan varian Omicron. Tetapi hingga hari ini, investor di pasar SBN terus melepas kepemilikannya. Hal ini kemungkinan dikarenakan investor kurang tertarik memburu SBN setelah pelelangan SBN di sisa tahun 2021 sudah berakhir pada pertengahan November lalu.

Di lain sisi, menguatnya kembali yield SBN pada hari ini terjadi di tengah menguatnya yield surat berharga pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini waktu AS.

Data dari CNBC International menunjukkan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan bertenor 10 tahun menguat 4,6 bp ke level 1,387% pada pukul 06:20 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat (3/12/2021) akhir pekan lalu di level 1,341%.

Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga naik sebesar 3,9 bp ke level 1,714% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di level 1,675%.

Ekspektasi pasar telah tumbuh setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serius untuk memerangi inflasi, menyusul sikap The Fed yang semakin hawkishThe Fed sebelumnya diperkirakan mempercepat program pengurangan pembelian obligasinya atau tapering, sehingga pasar berekspektasi bahwa sikap The Fed cenderung lebih hawkish.

Sementara itu, varian Omicron kini telah terdeteksi di hampir sepertiga negara bagian di AS, seperti yang dikatakan oleh pejabat kesehatan pada Minggu (5/12/2021), meskipun varian Delta tetap menjadi strain dominan di balik meningkatnya kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam.

Investor juga cenderung mengabaikan data pekerjaan AS pada periode November 2021 yang kembali mengecewakan.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya sebanyak 210.000 orang di bulan November, sangat jauh di bawah ekspektasi Dow Jones sebesar 573.000 orang. Data NFP tersebut mengalami pelambatan yang signifikan jika dibandingkan bulan sebelumnya 546.000 orang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular