Sentimen Campur Aduk, Bursa Asia Dibuka Tak Kompak

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 06/12/2021 08:48 WIB
Foto: Kospi (REUTERS/Kim Hong-Ji)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka cenderung beragam pada perdagangan Senin (6/12/2021), di tengah masih terjadi ketidakpastian pemulihan ekonomi global setelah adanya penyebaran virus corona (Covid-19) varian Omicron.

Indeks Shanghai Composite China dibuka menguat 0,2% dan indeks Straits Times Singapura dibuka melesat 0,82% pada pagi hari ini.

Sedangkan indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,1%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,07%, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,43%.


Dari pasar saham Hong Kong, empat saham baru, termasuk saham raksasa teknologi China JD.com Inc. dan NetEase Inc. akan ditambahkan ke indeks Hang Seng.

Pada saat yang sama, saham pengembang properti China Evergrande akan dihapus dari indeks China Enterprises karena permasalahan likuiditas perseroan.

Evergrande yang terlibat dalam masalah utang memperingatkan dalam pengajuan dengan bursa Hong Kong pada Jumat (3/12/2021) pekan lalu bahwa mereka telah menerima permintaan untuk membayar sekitar US$ 260 juta.

Pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan pasar saham Amerika Serikat (AS) yang kembali ditutup melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, akibat buruknya data tenaga kerja pada November 2021.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,17% ke level 34.580,078, S&P 500 merosot 0,84% ke posisi 4.538,43, dan Nasdaq Composite ambles 1,92% menjadi 15.085,47.

AS kini dihadapkan dengan situasi yang semakin rumit, di mana inflasi semakin meninggi, tetapi pasar tenaga kerja kembali melambat, dan adanya ancaman dari Covid-19 varian Omicron.

Penyebaran Omicron tidak hanya membuat bursa saham AS merosot, tetapi bursa saham global. Di Negeri Paman Sam sendiri sudah dilaporkan beberapa kasus.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan penyebaran Omicron dapat memicu pelambatan ekonomi.

"Tentu harapannya, ini bukan sesuatu yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," katanya soal varian yang pertama kali terdeteksi di Bostwana dan Afrika Selatan (Afsel) itu, dikutip Reuters, Jumat (3/12/2021) pekan lalu.

"Ada banyak ketidakpastian. Itu bisa menyebabkan masalah yang signifikan. Kami masih mengevaluasi itu."

Ia berujar, varian Omicron bisa memperburuk hambatan rantai pasokan yang kini masih terjadi dan melambungkan inflasi. Tapi, ini juga bisa menekan permintaan dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat.

Masalah inflasi yang tinggi melanda banyak negara. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bahkan berencana mempercepat normalisasi kebijakan moneternya guna meredam inflasi. Tetapi ketika rencana itu muncul pasar tenaga kerja AS justru melambat.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) hanya sebanyak 210.000 orang di bulan November, sangat jauh di bawah ekspektasi Dow Jones sebesar 573.000 orang. Data NFP tersebut mengalami pelambatan yang signifikan jika dibandingkan bulan sebelumnya 546.000 orang.

Ketika dukungan dari stimulus moneter dikurangi, aktivitas perekonomian juga berisiko mengendur. Maka pasar tenaga kerja terancam semakin melambat. Alhasil, perekonomian AS kini dalam situasi yang rumit, belum lagi dengan Omicron yang menambah ketidakpastian.

Meski demikian, ada kabar baik dari Presiden AS Joe Biden. Ia menegaskan tidak akan melakukan pembatasan wilayah (lockdown) meski sudah ada beberapa kasus positif Covid-19 varian Omicron di Negeri Paman Sam.

"Kami akan melawan varian ini dengan ilmu pengetahuan dan kecepatan. Bukan kekacauan dan kebingungan," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kebijakan yang ditempuh pemerintahan Biden adalah pelancong yang masuk ke AS wajib dites sebelum keberangkatan dengan hasil negatif, meski sudah divaksin. Sementara penggunaan masker diwajibkan di pesawat, kereta api, dan transportasi umum lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"