Akhir Pekan Investor Berbeda Sikap, Harga SBN Bergerak Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 03/12/2021 19:17 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (3/12/2021) akhir pekan ini, karena investor kembali merespons beragam dari sentimen yang hadir di pasar keuangan global hari ini.

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam. SBN bertenor 1, 3, 5, dan 15 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield). Sebaliknya, SBN berjatuh tempo 10, 20, 25, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan melemahnya harga dan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 3 tahun menjadi yang paling besar pelemahan yield-nya pada hari ini, yakni turun sebesar 6,9 basis poin (bp) ke level 3,626%. Sedangkan SBN berjatuh tempo 20 tahun menjadi yang paling besar penguatan yield-nya, yakni naik sebesar 4,3 bp ke level 7,067%.


Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 1,1 bp ke level 6,393%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sepanjang pekan ini, pelaku pasar keuangan cenderung dibuat khawatir dengan adanya varian baru virus corona (Covid-19) yakni varian Omicron.

Namun di pasar obligasi pemerintah RI sepanjang pekan ini cenderung mengabaikan sentimen tersebut, dilihat dari terus melemahnya yield SBN pada pekan ini, meskipun tak jarang sikap investor pun berbeda-beda.

Varian Omicron pertama kali terkonfirmasi di Afrika Selatan (Afsel) pada pekan lalu, yakni Kamis (25/11/2021), di mana sebelumnya varian tersebut dilabeli B.1.1.529. Berulang kali pasar dibuat khawatir dengan adanya potensi varian tersebut lebih berbahaya dari varian lainnya termasuk Delta.

Namun beberapa hari terakhir, para ilmuwan pun meneliti kembali dan menemukan indikasi bahwa gejala pasien yang terkena Omicron masih tergolong ringan dan juga cenderung cepat pulih. Di lain sisi, kabar positif muncul seperti sekelompok ilmuwan Hong Kong yang berhasil mengisolasi varian Omicron untuk menjadi sampel medis.

Dalam keterangan resmi University of Hong Kong (HKU), pengisolasian virus ini merupakan yang pertama di Asia. Tim peneliti saat ini sedang memperluas pengamatan virus untuk menilai penularan, kemampuan penghindaran kekebalan, serta menebak patogenisitasnya.

Kabar baik lainnya datang dari Inggris, di mana regulator kesehatan setempat pada Kamis (2/12/2201) memberikan lampu hijau untuk penggunaan obat Covid-19 terbaru. Obat itu merupakan pengembangan yang dilakukan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline.

Pemberian izin ini menambah panjang laporan obat-obatan Covid-19 yang juga dianggap mampu melawan Varian Omicron. Sementara itu, dari Amerika Serikat (AS) pergerakan yield surat berharga pemerintah (Treasury) terpantau melemah pada pagi hari ini, jelang rilis data laporan pekerjaan AS periode November 2021.

Data dari CNBC International menunjukkan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan bertenor 10 tahun melemah 2 bp ke level 1,429% pada pukul 06:10 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Kamis (2/12/2021) kemarin di level 1,449%.

Yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga melemah 1,8 bp ke level 1,75% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di level 1,768%. Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis laporan penggajian non-pertanian periode November pukul 08:30 pagi waktu setempat atau pukul 20:30 WIB.

Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan sebanyak 581.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan lalu, naik dari 531.000 pada Oktober. Data tersebut juga akan menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan apakah program pengurangan pembelian obligasi atau tapering perlu dipercepat atau tidak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas