Investor Masih Melepas SBN, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 02/12/2021 19:29 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (2/12/2021), di tengah beragamnya sentimen pasar global pada hari ini.

Mayoritas investor kembali cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield) SBN acuan. Hanya SBN bertenor 1, 3, dan 25 tahun yang ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 1 tahun turun 3,5 basis poin (bp) ke level 3,399%, sedangkan yield SBN berjatuh tempor 3 tahun juga melemah 3,2 bp ke level 3,695%, dan yield SBN dengan jangka waktu 25 tahun turun 1,4 bp ke level 7,178%.


Sementar, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 8,9 bp ke level 6,382%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Menguatnya kembali yield SBN hari ini terjadi di tengah beragamnya pergerakan yield surat utang pemerintah (Treasury) pada pagi hari ini waktu AS.

Data dari CNBC International menunjukkan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan bertenor 10 tahun kembali naik 0,5 bp ke level 1,439% pada pukul 06:30 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Rabu (1/12/2021) kemarin di level 1,434%.

Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun melemah 0,8 bp ke level 1,77% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada Rabu kemarin di level 1,778%.

Sentimen negatif datang dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS yang melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negara bagian California.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan bahwa sebanyak 23 negara telah mengidentifikasi kasus varian omicron yang sangat bermutasi tersebut pada Rabu kemarin. Jumlah itu diperkirakan akan bertambah.

Namun, kabar dari kasus varian Omicron pertama di AS tersebut mampu ditutup oleh kabar positif dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang menunjukkan indikasi gejala awal sebagian besar ringan dan tidak ada yang tergolong parah.

Di lain sisi, investor juga disibukkan oleh adanya kemungkinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mempercepat program pengurangan pembelian obligasinya atau tapering pada rapat kebijakan moneter Desember.

Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya di hadapan komite Senat, mengatakan bahwa pengurangan laju pembelian obligasi bulanan bisa dilakukan lebih cepat daripada jadwal US$ 15 miliar per bulan yang diumumkan awal bulan ini.

"Pada titik ini, ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi, dan oleh karena itu, menurut pandangan saya, mempertimbangkan untuk mengakhiri pembelian aset kami ... mungkin beberapa bulan lebih cepat," kata Powell, dilansir CNBC International.

Hal inilah yang menjadikan pergerakan yield Treasury pada pagi hari ini waktu AS cenderung beragam, karena investor cenderung menanggapi berbeda dari sentimen pasar global pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas