Bursa Asia Tak Kompak Lagi, KOSPI Melesat tapi Nikkei Ambles
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (2/12/2021), meskipun masih ada kekhawatiran pasar terkait varian Omicron dan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mempertimbangkan untuk mempercepat pengurangan pembelian obligasi atau tapering.
Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup melonjak 1,57% ke level 2.945,27, Hang Seng Hong Kong menguat 0,55% ke 23.788,93, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 1,17% ke 6.583,82.
Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,65% ke level 27.753,369, Shanghai Composite China turun tipis 0,09% ke 3.573,84, dan Straits Times Singapura melemah 0,2% ke 3.092,11.
Indeks KOSPI Korea Selatan melesat nyaris 2%, ditopang oleh derasnya aliran dana investor asing yang masuk ke pasar saham Negeri Ginseng tersebut dan kenaikan harga saham chip kelas berat, di tengah ekspektasi bahwa masalah kekurangan semikonduktor mulai berkurang.
Saham raksasa chip Samsung Electronics melonjak 1,88% dan saham SK Hynix meroket 3%. Sedangkan saham chip kelas berat lainnya, yakni LG Chem dan Naver masing-masing melesat 1,25% dan 2,18%.
"KOSPI naik karena pembelian asing yang kuat dan dorongan dalam chip kelas berat, meskipun kasus varian Omicron masih membuat investor khawatir ... aliran masuk asing difokuskan di sektor semikonduktor, termasuk saham Samsung Electronics," kata Kim Seok-hwan, analis Mirae Asset Securities, dikutip dari Reuters.
Sedangkan Indeks Nikkei Jepang ditutup merosot karena terbebani oleh kekhawatiran investor terkait dampak ekonomi akibat penyebaran Covid-19 varian Omicron dan juga potensi sikap hawkish The Fed.
Ketua The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya di hadapan komite Senat, mengatakan bahwa pengurangan laju pembelian obligasi bulanan bisa dilakukan lebih cepat daripada jadwal US$ 15 miliar per bulan yang diumumkan awal bulan ini.
"Pada titik ini, ekonomi sangat kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi, dan oleh karena itu, menurut pandangan saya, mempertimbangkan untuk mengakhiri pembelian aset kami ... mungkin beberapa bulan lebih cepat," kata Powell, dilansir CNBC International.
Dengan demikian, komentar Powell di atas menunjukkan bahwa fokus The Fed kini telah berubah untuk memerangi inflasi dan dampak negatifnya ketimbang potensi gangguan dalam kegiatan ekonomi akibat adanya varian baru Covid-19.
Sentimen negatif lainnya juga datang dari Amerika Serikat (AS), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negara bagian California.
Pasar masih terus mengamati perkembangan kabar soal galur anyar Covid-19 Omicron dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi global. Saat ini, sejumlah negara mengetatkan aturan perjalanan dari negara lain seiring memacu percepatan vaksinasi.
Tetapi, kabar dari kasus varian Omicron pertama di AS tersebut mampu ditutup oleh kabar positif dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang menunjukkan indikasi gejala awal sebagian besar ringan dan tidak ada yang tergolong parah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)