Masih DIliputi Kecemasan, IHSG Turun 21 Poin di Akhir Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 01/12/2021 11:57 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (1/12/2021), di tengah kekhawatiran memburuknya pandemi dalam beberapa bulan ke depan.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG berakhir di level 6.512,83 atau drop 21,1 poin (-0,32%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,16% ke 6.544,517, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.593,074 jelang pukul 10:00 WIB.

Namun selepas itu, IHSG tertekan dan terus melemah hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.508,858 jelang penutupan pukul 11:30 WIB. Mayoritas saham terpelanting yakni sebanyak 347 unit, sementara 188 lain menguat, dan 118 sisanya flat.


Nilai perdagangan meningkat ke level Rp 9,5 triliun yang melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 946.000-an kali. Investor asing hari ini masih mencetak penjualan bersih (net sell), senilai Rp 201,05 miliar.

Saham yang mereka lego terutama adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 99,2 miliar dan Rp 36,6 miliar. Kedua saham tersebut anjlok, masing-masing sebesar -6,4% ke Rp 510/saham dan -1,3% menjadi Rp 2.270/saham.

Sebaliknya, saham yang masih mereka buru antara lain PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 149,2 miliar dan Rp 59,5 miliar. Keduanya naik masing-masing sebesar 2,8% ke Rp 4.100 dan 1% ke ke Rp 7.350/saham.

Dari sisi nilai transaksi, saham TLKM dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan total nilai perdagangan masing-masing sebesar Rp 514,1 miliar dan Rp 359,2 miliar, diikuti BBCA senilai Rp 293,4 miliar.

Koreksi terjadi di tengah pergerakan variatif bursa Asia. Indeks bursa Nikkei Jepang dan KOSPI Korea Selatan menguat, masing-masing sebesar 0,84% dan 2,17% sementara indeks Shenzhen China melemah 0,27%.

Pasar nasional masih cemas mendengar pernyataan CEO Moderna Stephane Bancel yang menilai vaksin bakal kurang efektif melawan Omicron. Kepada CNBC International, dia mengatakan perlu berbulan-bulan untuk mengembangkan vaksin yang efektif melawan varian baru tersebut.

Selama berbulan-bulan itulah ada risiko peningkatan kasus Covid-19 yang bisa mendorong pemberlakuan kembali karantina wilayah (lockdown) di berbagai negara, sehingga menghambat pemulihan ekonomi dan menekan kinerja emiten.

Hari ini, investor di BEI juga memantau rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi November diprediksi naik, sebesar 1,7% secara tahunan, menurut konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor