
Bursa Asia Cerah Bergairah, Kabar Baik Buat IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (30/11/2021), karena investor merespons positif dari rilis data aktivitas manufaktur dan jasa China periode November 2021, sembari memantau perkembangan seputaran virus corona (Covid-19) varian Omicron.
Indeks Nikkei dibuka melonjak 1,04%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,03%, Shanghai Composite China menguat 0,29%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,21%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,03%.
Data aktivitas manufaktur China yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) versi NBS dilaporkan naik menjadi 50,1 pada November 2021, dari sebelumnya pada Oktober lalu di angka 49,2.
Artinya, PMI manufaktur China pada November cenderung ekspansif. Data PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.
Selain itu, data PMI Jasa China pada periode November juga telah dirilis hari ini, di mana NBS melaporkan bahwa PMI Jasa Negeri Panda cenderung berkontraksi tipis menjadi 52,3 pada November, dari sebelumnya pada Oktober lalu di angka 52,4.
Di lain sisi, ketakutan investor baik di global maupun di Asia mulai mereda, terlihat dari pergerakan bursa Asia yang secara mayoritas diperdagangkan positif. Tak hanya di Asia, pasar saham Amerika Serikat (AS) pun demikian pada perdagangan Senin (29/11/2021) waktu AS.
Penguatan pasar saham AS terjadi seiring investor berharap varian virus corona Omicron tidak akan mengarah pada kebijakan pembatasan wilayah (lockdown) setelah adanya jaminan dari Presiden AS, Joe Biden.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,68% menjadi 35.135,94. Kemudian indeks S&P 500 melesat 1,32% ke level 4.655,27, dan Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi melonjak 1,88% ke posisi 15.782,83.
Biden mengatakan pada Senin kemarin bahwa pemerintah AS tidak memberlakukan kebijakan lockdown terkait Omicron untuk saat ini dan dia mendesak orang Amerika untuk tidak panik tentang varian tersebut.
"Jika orang divaksinasi dan memakai masker mereka, tidak perlu lockdown," kata Biden pada konferensi pers Senin (29/11/2021) dilansir dari CNBC International.
Biden juga mengatakan tidak akan ada pembatasan perjalanan baru. Namun, dia merekomendasikan vaksinasi dan mengenakan masker di dalam ruangan untuk memerangi virus dan mengatakan Negeri Paman Sam saat ini bekerja dengan perusahaan farmasi untuk membuat rencana darurat jika vaksin baru diperlukan.
Perusahaan produsen vaksin seperti Pfizer, mitranya BioNTech dan saingan mereka Moderna serta Johnson & Johnson (J&J) mengatakan bahwa mereka sedang mengerjakan vaksin yang secara khusus menargetkan Omicron jika vaksin yang ada tidak efektif terhadap varian anyar tersebut.
Pada Jumat (26/11/2021) pekan lalu, bursa saham AS 'babak-belur' di tengah kabar munculnya varian Omicron. Dow Jones pun membukukan hari terburuknya sejak Oktober 2020. Dow ambles 2,5%, S&P 500 ambruk 2,3%, dan Nasdaq Composite anjlok 2,2%.
Indeks kecemasan pasar (indeks volatilitas CBOE) berbalik melemah yang mengindikasikan bahwa kecemasan pasar menurun, setelah melonjak 10 poin pada Jumat pekan lalu.
Selain perkembangan Covid-19 teranyar, investor juga mengantisipasi data ekonomi utama yang dirilis pekan ini, di antaranya data tenaga kerja November. Ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan akan ada tambahan 581.000 pos kerja baru pada November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
