
Investor Cuek dengan Varian Baru Covid-19, Harga SBN Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali melemah pada perdagangan Jumat (26/11/2021), di mana investor di pasar SBN cenderung mengabaikan sentimen negatif dari munculnya varian terbaru virus corona (Covid-19) yang disebut lebih ganas dari varian Delta dan bisa mementahkan vaksin.
Mayoritas investor di pasar SBN kembali cenderung melepas obligasi pemerintah pada hari ini, di tandai dengan meningkatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3 dan 5 tahun yang masih ramai dikoleksi oleh investor, di tandai dengan penurunan yield-nya.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun melemah 0,6 basis poin (bp) ke level 3,879%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun turun 2,1 bp ke level 4,777. Sementara untuk yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara menguat 3,1 bp ke level 6,227%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor di pasar obligasi pemerintah RI cenderung mengabaikan sentimen dari munculnya varian terbaru Covid-19 yang disebut lebih ganas dari varian Delta dan bisa mementahkan vaksin Covid-19.
Sebelumnya, varian yang diberi nama B.1.1.529 pertama kali muncul di Bostwana pada Rabu (24/11/2021) lalu. Kini, varian tersebut telah terdeteksi di Afrika Selatan (Afsel). Bahkan, varian tersebut juga sudah ditemukan di Hong Kong.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) menyatakan telah mengkonfirmasi 22 kasus positif, dengan lebih banyak kasus dikonfirmasi saat hasil tes keluar per Kamis (25/11/2021).
Dalam penjelasan ilmuwan Afrika, varian B.1.1.529 mengandung beberapa mutasi yang terkait dengan peningkatan resistensi antibodi. Hal ini diyakini ilmuwan dapat mengurangi efektivitas vaksin, bersama dengan mutasi yang umumnya membuatnya lebih menular.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sendiri mengatakan tengah meminta pertemuan darurat untuk memantau varian itu. Hal ini penting di tengah makin melonjaknya kasus Covid-19 di Eropa dan dunia yang memasuki musim liburan akhir tahun.
"Kami belum tahu banyak tentang ini. Apa yang kita ketahui adalah bahwa varian ini memiliki sejumlah besar mutasi," kata pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Dr. Maria Van Kerkhove, dalam tanya jawab yang disiarkan langsung di media sosial organisasi, Kamis (25/11/2021).
Pertemuan itu akan memutuskan ke mana B.1.1.529 akan diklasifikasikan. Apakah varian menarik atau perlu diperhatikan. Munculnya varian baru tersebut juga membuat pemerintah Inggris mengumumkan akan melarang kembali penerbangan dari enam negara Afrika. Hal ini berlaku mulai hari ini.
"Badan Keamanan Kesehatan Inggris sedang menyelidiki varian baru," kata Menteri Kesehatan Sajid Javid dalam sebuah tweet yang mengumumkan pembatasan perjalanan.
Meskipun investor di pasar SBN cenderung mengabaikan varian baru Covid-19 tersebut, tetapi di Amerika Serikat (AS), investor di pasar obligasi pemerintah cenderung merespons negatif dari varian Covid-19 tersebut dan memburu pasar surat utang pemerintah.
Setelah tidak dibuka pada perdagangan Kamis (25/11/2021) kemarin karena adanya libur hari Thanksgiving, pergerakan yield surat berharga pemerintah AS terpantau melemah cukup signifikan pada pagi hari ini waktu AS.
Data dari CNBC International menunjukkan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan bertenor 10 tahun turun cukup signifikan sebesar 11,5 bp ke level 1,529% pada pukul 05:56 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Rabu (24/11/2021) lalu di level 1,644%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun melemah 9,3 bp ke level 1,878% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada Rabu lalu di level 1,971%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi