Raih Dana Rp 18T, Mitratel Bakal Beli Lagi 6.000 Menara
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Komunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menargetkan untuk mengakuisisi lagi enam ribu menara telekomunikasi setelah mendapatkan dana hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) senilai lebih dari Rp 18 triliun.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan perusahaan memiliki rencana pengembangan secara organik dan anorganik.
"Ekspansi itu untuk anorganik memang kita ada rencana akuisisi 6.000 tower, itu setengah dari dana IPO. Akuisisi dari mana, kalau kita lihat contohnya operator yang masih miliki tower terbanyak itu Telkomsel 7.900, dari 7.900 kita perkirakan mereka akan jual 6000-nya itu salah satu yang terdekat yang kita bisa lakukan," kata Hendra dalam sebuah webinar, dikutip Kamis (25/11/2021).
Selain dari Telkomsel, Mitratel juga membidik pemilik menara telekomunikasi lainnya yang diperkirakan jumlahnya jika ditotal masih sebanyak 6.700 menara. Tak hanya untuk akuisisi, namun menurut Hendra juga terbuka peluang kerja sama dengan para operator tersebut.
Untuk pertumbuhan organik, Mitratel menargetkan bisa membangun 750 menara telekomunikasi per tahun selama empat tahun berturut-turut, dimulai dari 2022 nanti.
Sejalan dengan pertumbuhan jumlah menara ini, Hendra juga menargetkan perusahaan bisa menambah jumlah kolokasi sebanyak 4.000 per tahun.
Saat ini tingkat tenancy ratio Mitratel baru mencapai 1,57x hingga Juni 2021 lalu. Angka ini dinilai masih cukup rendah secara industri sehingga perusahaan dinilai masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar.
Untuk diketahui, perusahaan ini baru saja melakukan IPO dengan menawarkan 22.920.512.000 atau setara dengan 27,63% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum dengan harga saham yang ditawarkan senilai Rp 800/saham.
Sehingga dari penawaran ini perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 18,33 triliun.
Dana dari hasil penawaran umum ini akan digunakan oleh perusahaan sebanyak 44% akan digunakan untuk belanja modal organik seperti penambahan kolokasi melalui penguatan dan penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, dan ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Lalu sebesar 56% akan digunakan untuk belanja modal anorganik, yakni untuk mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan lainnya seperti peningkatan sistem teknologi informasi dan penerapan program pengembangan yang berkualitas untuk menara telekomunikasi.
(mon/mon)