PDB Tumbuh Tinggi, Kurs Dolar Singapura Menguat? Gak Juga!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rabu kemarin, dolar Singapura membukukan pelemahan dalam 12 dari 13 hari perdagangan terakhir melawan rupiah, padahal data menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh tinggi di kuartal III-2021.
Sementara pada perdagangan Kamis (25/11) pagi dolar Singapura mampu menguat tetapi tidak menutup kemungkinan berbalik arah di sisa perdagangan hari ini, seperti yang terjadi kemarin dan beberapa hari sebelumnya.
Pada pukul 10:31 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.428,08, dolar Singapura menguat 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara selama periode penurunan nyaris 13 hari beruntun, dolar Singapura merosot 1,74%.
Kemarin, Kementerian Perdagangan dan Industri merevisi naik PDB kuartal III-2021 menjadi 7,1% year-on-year (YoY) lebih tinggi dari rilis awal sebesar 6,5% YoY.
Kementerian tersebut juga merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi 2021 menjadi sekitar 7%. Sebelumnya diperkirakan dalam rentang antara 6% dan 7%.
Namun pelemahan ekonomi bisa terjadi di 2022. Di mana ekonomi diperkirakan tumbuh 3% hingga 5% tahun depan.
"Pemulihan berbagai sektor ekonomi pada tahun 2022 diperkirakan masih belum merata," kata kementerian.
Inflasi dikatakan menjadi ancaman bagi Singapura di tahun depan. Inflasi yang tinggi bisa membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) kembali mengetatkan kebijakannya, sehingga dukungan ke perekonomian menjadi berkurang.
Inflasi diperkirakan bisa semakin tinggi jika gangguan pasokan (supply chain) terjadi berlarut-larut dengan kenaikan permintaan yang kuat serta kenaikan harga komoditas energi.
Selasa lalu pemerintah Singapura melaporkan inflasi tumbuh 3,2% YoY di bulan Oktober, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,5%, dan berada di level tertinggi sejak Maret 2013.
Inflasi inti yang tidak memasukkan beberapa item yang volatil naik 1,5% YoY, lebih tinggi dari sebelumnya 1,2%. Inflasi inti tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2019.
Inflasi inti tersebut menjadi perhatian MAS karena dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan moneter.
Seperti diketahui sebelumnya, pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Sejak saat itu hingga 5 November lalu dolar Australia menanjak, sebelum berbalik merosot nyaris 11 hari bertuntun.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)