Ini Rencana Hilirisasi Dari Produsen Batu Bara RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana mempensiunkan PLTU batu bara secara bertahap hingga 2060. Upaya ini dilakukan untuk netral karbon dan membuat produsen batu bara harus bersiap melakukan hilirisasi. Apalagi selama ini batu bara dianggap penyumbang emisi karbon tertinggi selain karbon dioksida.
Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava telah menyiapkan beberapa langkah untuk mendukung penerapan energi hijau di Indonesia. Meski demikian, batu bara tetap masih dibutuhkan dalam 10 hingga 20 tahun mendatang.
"Kami juga terus mengembangkan proyek batu bara bersih seperti gasifikasi, kami tengah mengembangkan proyek metanol mencapai 1,8 juta ton yang bisa beroperasi pada 2024 mendatang," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Dalam strategi jangka panjang BUMI untuk 10-15 tahun ke depan, hilirisasi dilakukan melalui gasifikasi batu bara. Lewat anak usahanya Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia, perusahaan akan berperan sebagai pemasok batu bara untuk proyek gasifikasi.
Saat ini KPC juga sudah memproduksi captive power yang dipasok ke PLNdan berencana menawarkan hybrid. BUMI juga meneliti dengan cermat daya tarik dan kesesuaian energi hijau dan proyek-proyek terkait untuk masa depan.
Selain hilirisasi batu bara, perusahaan juga melakukan diversifikasi dengan meningkatkan kontribusi anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang bergerak di sektor penambangan emas dan logam. Dileep mengatakan emas, seng, tembaga, dan timbal yang diproduksi perusahaan memiliki proses yang menjanjikan di tengah fase super cycle.
"Kami tengah melakukan uji kelayakan dan masih mencoba kemungkinan kalau apa yang kami rencanan bisa dilakukan pada 2025," ungakp Dileep.
Sebelumnya pemerintah mengungkapkan berbagai rencana untuk mengganti PLTU. Pemerintah pun menargetkan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) 100% pada 2060 mendatang. Kapasitas pembangkit listrik pada 2060 diproyeksikan akan mencapai sebesar 587 Giga Watt (GW), di mana sebesar 35 GW akan dipasok dari PLTN.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba) Irwandy Arif menyebut, PLTN ditargetkan akan mulai beroperasi di Indonesia pada 2049.
"Untuk menjaga keandalan sistem, di tahun 2060 PLTN mencapai 35 GW," katanya dalam 'Indonesia Energy and Coal Business Summit', Kamis (18/11/2021).
Dia menjelaskan, peta jalan transisi energi 2021 sampai dengan 2060 dilakukan melalui beberapa strategi, salah satunya yaitu mendorong EBT secara masif. Strategi berikutnya yaitu tidak ada penambahan PLTU baru, kecuali sudah kontrak dan konstruksi. Mempensiunkan pembangkit fosil secara bertahap, mengoptimalkan pemanfaatan pump storage, Energy Storage System (ESS), dan hydrogen fuel cell.
(rah/rah)