Disebut-sebut Jokowi, Begini Gerak Saham Tembaga & Bauksit

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jumat, 19/11/2021 10:44 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten tambang tembaga dan bauksit tercatat menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (19/11/2021). Pergerakan saham-saham tersebut terjadi seiring pernyataan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahwa pemerintah akan berencana menghentikan ekspor komoditas tambang bauksit dan tembaga dalam bentuk mentah.

Berikut kenaikan saham tembaga dan bauksit, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.15 WIB.

  1. Medco Energi Internasional (MEDC), saham +2,88%, ke Rp 535/saham, transaksi Rp 9 M


  2. Merdeka Copper Gold (MDKA), +2,32%, ke Rp 3.530/saham, transaksi Rp 154 M

  3. Aneka Tambang (ANTM), +0,86%, ke Rp 2.350/saham, transaksi Rp 43 M

  4. J Resources Asia Pasifik (PSAB), 0,00%, ke Rp 154/saham, transaksi Rp 74 juta

  5. Cita Mineral Investindo (CITA), 0,00%, ke Rp 2.900/saham, transaksi Rp -

  6. Tembaga Mulia Semanan (TBMS), 0,00%, ke Rp 1.650/saham, transaksi Rp -

Menurut data di atas, saham MEDC melesat 2,88% ke Rp 535/saham, dibarengi oleh aksi beli bersih oleh asing Rp 1,38 miliar.

Bisnis utama emiten milik Keluarga Panigoro ini adalah di sektor migas, tetapi MEDC juga masuk ke sektor tembaga lewat PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). AMNT dimiliki MedcoEnergi lewat akuisisi 50% saham di PT Amman Mineral Investama yang secara tidak langsung mengontrol 82,2% saham AMNT pada 2 November 2016.

Kedua, saham Grup Saratoga MDKA juga terkerek naik 2,32%, di tengah aksi beli bersih asing Rp 11,27 miliar.

Sebagaimana diketahui, selain di sektor emas, MDKA juga memiliki segmen tambang tembaga lewat anak usahanya PT Batutua Tembaga Raya.

Ketiga, emiten pelat merah ANTM terapresiasi 0,86% ke Rp 2.350/saham, rebound dari koreksi selama 4 hari beruntun.

Selain emas, perak, nikel, batu bara, dan alumina, ANTM juga masuk ke bisnis bauksit lewat PT Indonesia Chemical Alumina.

Sementara, saham emiten emas PSAB, yang juga mulai menjajaki bisnis tembaga, masih stagnan dengan nilai transaksi minim, yakni Rp 74 juta.

Saham CITA dan TBMS juga masih belum bergerak. Kedua saham ini termasuk saham 'tidur' atau tidak likuid lantaran minim transaksi harian. CITA adalah emiten yang berfokus pada penjualan produk bauksit yang berasal dari Perusahaan dan anak usahanya.

Adapun TBMS adalah produsen batangan dan kawat tembaga, batangan aluminium, serta produk-produk kawat.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkapkan, selain nikel, pemerintah juga berencana menghentikan ekspor komoditas tambang lain dalam bentuk mentah, misalnya bauksit dan tembaga.

"Kenapa kita lakukan ini? Kita ingin nilai tambah, kita ingin added value, kita ingin ciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Dan itu mulai disadari oleh negara-negara lain. Mereka mau tidak mau harus investasi di Indonesia atau berpartner dengan kita. Pilihannya hanya itu. Silakan mau investasi sendiri bisa, mau dengan swasta silakan, mau dengan BUMN silakan. Kita terbuka. Tapi jangan kamu tarik-tarik kita ke WTO gara-gara kita setop kirim raw material. Ndak, ndak, ndak. Dengan cara apapun akan kita lawan," ujar Jokowi dalam Kompas100 CEO Forum, Kamis (18/11/2021).

Lebih lanjut, mantan Wali Kota Solo itu bilang kalau keputusan pemerintah menghentikan ekspor barang tambang mentah sudah berdampak kepada lonjakan nilai ekspor.

"Sampai akhir tahu perkiraan saya bisa US$ 20 miliar. Karena di bulan Oktober ini US$ 16,5 miliar. Akhir tahun perkiraan saya, estimasi saya bisa US$ 20 miliar. Hanya dari kita setop nikel. Dan perkiraan nanti kalau jadi barang-barang yg lain, perkiraan saya bisa US$ 35 miliar. Hanya dari satu barang," kata Jokowi.

"Begitu bauksit nanti juga sama. Begitu tembaga juga sama. Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan ini. Sehingga nanti neraca perdagangan kita baik, neraca transaksi berjalan kita menjadi semakin baik," lanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Danantara! 7 Saham Ini Tiba-Tiba Melonjak Tajam