
Harga Gas Melejit, AS Bakal Habiskan Cadangan Minyak Darurat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya harga bensin dan tekanan inflasi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, seruan mulai ramai terdengar di Kongres AS agar pemerintahan Biden memanfaatkan Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve) negara itu.
Dilansir The New York Times , pemimpin Senat mayoritas dari partai Demokrat, Chuck Schumer, ikut mengemukakan pendapatnya akhir pekan lalu.
"[Warga AS] membutuhkan bantuan segera untuk SPBU, dan tempat yang harus dicari adalah Cadangan Minyak Strategis," Mr. Schumer, anggota senat yang mewakili negara bagian New York, mengatakan pada konferensi pers.
Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm mengatakan rilis tersebut adalah salah satu tindakan yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menenangkan pasar energi, dan secara bersamaan terus mendesak Arab Saudi dan produsen asing lainnya untuk meningkatkan produksi minyak bumi.
Orang-orang yang mendukung dikeluarkannya cadangan minyak tersebut mengatakan penjualan yang diperoleh dengan harga minyak lebih dari US$ 80 per barel tidak hanya akan meningkatkan pasokan dan mengurangi harga retail di SPBU tetapi juga menghasilkan miliaran dolar pendapatan bagi pemerintah federal.
Apa itu Cadangan Minyak Strategis?
Cadangan tersebut diperkirakan menyimpan sekitar 620 juta barel minyak mentah dengan berbagai tingkatan pada ruang penyimpanan bawah tanah yang tersebar di empat lokasi di negar bagian Texas dan Louisiana. Cadangan Minyak Strategis milik AS tersebut merupakan pemegang pasokan darurat terbesar di dunia yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi nasional selama sekitar satu bulan jika semua impor dan produksi dalam negeri dihentikan.
Didirikan setelah embargo minyak 1973-1974 oleh negara Arab dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), telah digunakan hanya dalam beberapa keadaan darurat saja.
Penggunaan tersebut termasuk jelang perang Teluk Persia pada tahun 1991 dan setelah Badai Katrina yang menghantam AS pada tahun 2005. Ketika itu banyak infrastruktur minyak di wilayah Teluk Meksiko rusak parah.
Sebenarnya cadangan tersebut lebih sering digunakan untuk menukar atau meminjamkan minyak ke kilang ketika transportasi dan logistik kapal terblokir akibat kecelakaan tongkang atau badai.
Dengan ekonomi dunia dan jalur pelayaran yang belum pulih dari pukulan pandemi, Amerika Serikat menghadapi tekanan inflasi yang tidak pernah dialami dalam beberapa dekade.
Ketatnya pasokan global dikarenakan anggota OPEC telah membatasi produksi untuk mendukung peningkatan harga. Produsen minyak Amerika juga berhati-hati, sebagian karena investor menuntut agar mereka fokus pada pengurangan utang perusahaan dan peningkatan dividen daripada meningkatkan produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang akhirnya menurunkan harga minyak dunia.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden & Xi Jinping Bakal Bertemu Senin, Mau Bahas Apa?