OPEC-AS Ribut Soal Pasokan, Harga Minyak Mendingin Pagi Ini

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 November 2021 09:55
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidaksepahaman soal pasokan antara gabungan negara eksportir minyak (OPC) dan Amerika Serikat (AS) tekan harga energi utama dunia tersebut pada perdagangan pagi ini.

Pada Senin (16/11/2021) pukul 07:50 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 80,74/barel, turun 0,17% dibandingkan sehari sebelumnya. Sementara, jenis light sweet harganya US$ 82,05/barel atau turun 0,15%.

minyakFoto: Refinitiv
minyak

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengisyaratkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC+) akan terus bersikap hati-hati dalam meningkatkan produksi minyak.

Dua Negara Teluk tersebut juga meminta OPEC menolak permintaan Presiden AS Joe Biden untuk mendorong angka produksi minyak lebih tinggi. OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, saat ini memiliki produksi harian sebesar 400.000 barel per bulan dan dinilai sudah cukup.

"Itu sudah cukup," kata Menteri Energi UEA Suhail Al Mazrouei, sembari menyatakan bahwa pasar minyak akan beralih dari defisit pasokan menjadi surplus pada awal tahun 2022 dan itulah salah satu alasan utama OPEC+ tidak agresif dalam produksi.

"Yang kami ketahui dan yang dikatakan semua pakar di dunia adalah bahwa kami akan mengalami surplus. Jadi kita tidak perlu panik. Kita harus tenang," katanya.

Sementara itu di AS timbul spekulasi bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mungkin melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS untuk mendinginkan harga.

"Gedung Putih telah memperdebatkan bagaimana mengatasi inflasi yang lebih tinggi, dengan beberapa pejabat menyerukan agar cadangan strategis disadap, atau menghentikan ekspor AS," kata analis ANZ dalam sebuah laporan, mengutip Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Mentah Naik, Terdampak Kebijakan Tarif Baru Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular