'Semesta Memberkati' Rupiah Langsung Tembus Rp 14.200/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 November 2021 09:30
valas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik di pasar finansial terus berdatangan, membuat rupiah langsung menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/11). Rupiah langsung menembus ke bawah Rp 14.200/US$ di awal perdagangan.

Melansir data Refinitiv, begitu pasar finansial Indonesia dibuka, rupiah langsung menguat 0,23% ke Rp 14.200/US$. Pada pukul 9:07 WIB rupiah sudah berada di Rp 14.180/US$, menguat 0,37% di pasar spot.

Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari menguatnya mayoritas bursa saham global, menjadi salah satu penopang penguatan rupiah hari ini.

Diawali dengan penguatan bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Jumat lalu, merembet ke pasar Asia pagi ini.

Wall Street masih mampu menguat meski data menunjukkan sentimen konsumen di AS turun ke level terendah dalam satu dekade terakhir.

University of Michigan (UoM) melaporkan sentimen konsumen di bulan November jeblok ke 66,8, dari bulan sebelumnya 71,7. Selain menjadi yang terendah sejak November 2011, indeks sentimen konsumen di bulan November juga jauh di bawah estimasi Dow Jones yang justru memprediksi kenaikan menjadi 72,5.

Tingginya inflasi di AS dikatakan menjadi pemicu jebloknya sentimen konsumen.

Wall Street yang mampu menguat pada perdagangan Jumat dikatakan sebab pasar mulai melihat masalah rantai pasokan yang menjadi biang keladi inflasi tinggi sudah mencapai puncaknya.

"Pergerakan pasar di hari Jumat merupakan rebound dari pada yang terjadi sebelumnya. Kita mungkin mulai melihat puncak dari kecemasan terhadap rantai pasokan," kata Victoria Fernadez, kepala ahli strategi di Crossmark Global Investments, sebagaimana dilansir CNBC International.

Jika benar masalah rantai pasokan sudah mencapai puncaknya, maka inflasi kemungkinan akan melandai, dan tekanan bagi bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga akan berkurang, sehingga rupiah menjadi diuntungkan.

Selain itu, China juga mengirim kabar gembira. Biro Statistik China pagi ini melaporkan penjualan ritel tumbuh 4,9% year-on-year (YoY), lebih tinggi dari hasil polling Reuters yang memprediksi kenaikan sebesar 3,5% YoY.

Produksi Industri juga dilaporkan naik 3,5% YoY, lebih tinggi dari prediksi 3% YoY.

Rilis tersebut meredakan kecemasan akan risiko terjadinya stagflasi di Negeri Tiongkok.

Sementara itu dari dalam negeri, data neraca dagang Indonesia akan menjadi perhatian. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 46,06% dibandingkan Oktober 2020 (year-on-year/yoy). Melambat dibandingkan September yang tumbuh 47,64%.

Sedangkan impor diperkirakan tumbuh 58,35%. Jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang tumbuh 40,31%.

Meski impor tumbuh lebih cepat ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diperkirakan masih surplus US$ 3,89 miliar. Kalau terwujud, maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus selama 18 bulan beruntun alias 1,5 tahun.

Surplus neraca perdagangan akan sangat membantu kinerja transaksi berjalan. Saat transaksi berjalan semakin sehat, maka nilai tukar rupiah akan lebih stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular