Dibuka Melewati 6.700, IHSG Terkapar di Penutupan Sesi 1
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berayun ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Jumat (12/11/2021), setelah sempat dibuka melewati level psikologis 6.700.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.667,729 atau drop 23,6 poin (-0,35%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,29% ke 6.710,854, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.714,158 beberapa menit jelang pukul 09:00 WIB.
Namun selepas itu, IHSG tertekan dan melemahsecara konsisten hingga menyentuh level terendah hariannya pada 6.662,082 sekitar pukul 09:45 WIB. Mayoritas saham terpelanting yakni sebanyak 286 unit, sementara 196 lain menguat, dan 178 sisanya flat.
Nilai perdagangan masih terbatas di level Rp 6,6 triliun yang melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 804.000-an kali. Investor asing hari ini masih mencetak pembelian bersih (net buy), dengan nilai Rp 127,2 miliar.
Saham yang mereka buru antara lain PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 88,2 miliar dan Rp 34,1 miliar. Saham MDKA lompat 5,5% ke Rp 3.460 dan BANK melesat 11% ke Rp 2.720/saham.
Sebaliknya, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) terkena aksi jual dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 74,9 miliar dan Rp 22,6 miliar. Kedua saham tersebut tertekan, di mana ARTO drop 4% ke Rp 15.625/saham sedangkan ITMG ambruk 3,2% menjadi Rp 20.875/saham.
Dari sisi nilai transaksi, saham ARTO meraja dengan total nilai perdagangan Rp 322,2 miliar diikuti saham MDKA senilai Rp 282,6 miliar, dan PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) senilai Rp 219,7 miliar.
Koreksi terjadi di tengah pergerakan variatif bursa Asia. Indeks bursa Shanghai dan Shenzen tertekan, masing-masing sebesar 0,01% dan 0,18% sementara indeks Nikkei dan Hang Seng menguat sebesar 1% dan 0,2%.
Pelaku pasar masih mengkhawatirkan penguatan inflasi di Amerika Serikat (AS) dan China, Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan 5,9%.
Di sisi lain, pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.
Di sisi lain kebijakan pengurangan stimulus ke pasar (tapering) dikhawatirkan berdampak pada pembalikan investasi asing, di tengah masih seretnya pasokan suplai di negara maju yang menghambat pemulihan ekonominya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)