IHSG Sentuh All Time High, Cocok Investasi di Saham Apa?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
11 November 2021 18:10
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai posisi tertingginya di level 6.704,46 poin pada perdagangan hari ini Kamis (11/11/2021).

Seiring dengan terus menguatnya indeks ini, membuat investor dinilai lebih berani dalam mencari peluang pertumbuhan di portofolio investasi lain.

Head of Business Development Division PT Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan kembali menata portofolio investasi di reksa dana saham yang dimiliki perusahaan.

Dirinya mengakui telah mengurangi investasinya di sektor teknologi, seperti dalam saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan jelang akhir tahun ini berfokus pada sektor perbankan yang berpotensi untuk terus menguat.

Sejalan dengan itu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan di tengah kondisi perekonomian yang saat ini mulai membaik, investor cenderung lebih suka pada saham-saham bluechip yang diekspektasikan akan mengalami peningkatan pendapatan.

"Dengan tren recovery ekonomi saat ini investor memburu saham-saham bluechip yang diperkirakan pendapatannya akan meningkat," kata Wawan kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/11/2021).

CEO Trimegah Asset Management Antony Dirga menyebutkan seiring dengan membaiknya kondisi pasar keuangan, terutama pasar saham jelang akhir tahun ini, reksa dana saham dan reksa dana campuran akan kembali atraktif.

Hal ini dikarenakan saat pasar saham masih mengalami volatilitas tinggi, investor cenderung masih memilih investasi yang lebih aman, seperti reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang.

"Kami mengira mestinya reksa dana saham ada porsinya akan naik lagi," kata Anthony, di Jakarta, Rabu (10/11/2021).

"Roda perekonomian kita lagi bergerak bagus, terus komoditas lagi tinggi, pasti ekonomi kita bagus," terang dia.

Lebih lanjut, dia menyebut di tahun depan akan ramai emiten dari sektor teknologi di pasar dalam negeri yang juga akan menjadikan reksa dana saham menjadi lebih atraktif lagi.

Namun demikian, bagi investor yang cenderung untuk memilih investasi yang lebih stabil, reksa dana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan.

Tren pembelian reksa dana melalui platform digital juga terus meningkat. Sebagai contoh adalah PT Raiz Invest Indonesia telah mencapai lebih dari 400.000 akun, atau tumbuh 50% dari posisi akhir tahun lalu yang sekaligus melampaui target 350.000 akun yang awalnya ditetapkan hingga akhir tahun ini.

CEO Raiz Indonesia Fahmi Arya Wicaksana, mengatakan dari jumlah itu, nasabah aktif agen penjual Reksa Dana (Aperd) online itu mencapai 200.000 akun nasabah.

"Dengan demikian, kami menargetkan dapat menjaga momentum pertumbuhan jumlah nasabah dan pendapatan perseroan sebesar 10% per bulan. Setelah fase keberlangsungan ini terjaga, Raiz Indonesia mulai berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ragam produk keuangan di platform perusahaan," terang dia.

Lonjakan pertumbuhan nasabah tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan nilai produk Reksa Dana yang dijual (fund under management/FUM) Raiz Indonesia saat ini Rp 6 miliar dan ditarget menjadi Rp 10 miliar pada akhir tahun ini.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Asing Bawa Kabur Rp 2,6 T, IHSG Tumbang 4,42%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular