Bursa Asia Ditutup Positif, Hanya KOSPI yang Melemah
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (11/11/2021),setelah sempat terkoreksi pada awal perdagangan hari ini karena investor merespons negatif dari inflasi China dan Amerika Serikat (AS) pada bulan Oktober lalu.
Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini, di mana indeks saham acuan Negeri Ginseng tersebut ditutup turun 0,18% ke level 2.924,92.
Sedangkan sisanya ditutup positif pada hari ini. Indeks Shanghai Composite China dan Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia pada hari ini. Shanghai ditutup melonjak 1,15% ke level 3.532,79 dan Hang Seng melesat 1,01% ke 25.247,99.
Berikutnya indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,59% ke level 29.277,85, Straits Times Singapura terapresiasi 0,21% ke 3.238,07, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,12% ke 6.691,34.
Pasar saham Korea Selatan ditutup terkoreksi karena investor merespons negatif dari melonjaknya angka inflasi AS yang memicu kekhawatiran bahwa kebijakan moneter mungkin diperketat lebih cepat.
"Inflasi AS yang kemungkinan lebih cepat dari perkiraan dan penurunan saham Wall Street semalam menyebabkan indeks Kospi berakhir kurang baik pada hari ini," kata Lee Kyoung-min, analis di Daishin Securities, dikutip dari Reuters.
Sementara itu di China, indeks Shanghai dan Hang Seng ditutup lebih dari 1%, karena investor mengambil posisi di saham properti yang sedang terpuruk, sembari bertaruh bahwa pihak Beijing akan melonggarkan kebijakan untuk mencegah keruntuhan di seluruh sektor.
Investor kembali memburu saham properti yang sedang terpukul oleh pembatasan ketat pemerintah China dan dampak dari krisis likuiditas perusahaan China Evergrande Group. Hal ini karena banyaknya sinyal positif yang baru-baru ini terlihat sehingga dapat menggerakan harapan untuk pelonggaran kebijakan pemerintah China di sektor properti.
Dewan Negara China bertemu dengan asosiasi properti lokal dan lembaga keuangan di Guangzhou, beberapa hari setelah badan yang membuat rekomendasi kebijakan mengadakan pertemuan serupa dengan perusahaan pengembang dan perbankan di Shenzhen.
Pada Rabu (10/11/2021) kemarin, Securities Times melaporkan beberapa perusahaan real estate China mengungkapkan rencana untuk menerbitkan utang di pasar antar bank pada pertemuan dengan regulator pasar. Beberapa melihatnya sebagai tanda bahwa kondisi pembiayaan pengembang mulai membaik.
Data menunjukkan bahwa kenaikan pinjaman hipotek baru pada Oktober lalu dan kabar bahwa pemegang obligasi Evergrande menerima pembayaran kupon dari pengembang yang berhutang juga membantu sentimen pasar di China hari ini.
"China perlu melonggarkan pembatasan kebijakan terkait properti, karena industri ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Chan," kata Liam Zhou, pendiri hedge fund Minority Asset Management yang berbasis di Shanghai, dilansir dari Reuters.
Sementara itu dari AS, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS terpantau mendatar pada hari ini, setelah tiga indeks utama di Wall Street mengalami pelemahan akibat respons spontan investor terhadap data inflasi Negeri Paman Sam.
Sebelumnya pada Rabu (10/11/2021) malam waktu Indonesia, Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.
Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)