
Kripto Big Cap Bikin Senewen Lagi, hanya Stablecoin yang Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bitcoin dan kripto besar lainnya kembali diperdagangkan di zona merah pada perdagangan Kamis (11/11/2021) pagi, di mana koreksi bitcoin masih terjadi setelah menyentuh level all time high-nya pada Rabu (10/11/2021) pagi waktu Indonesia.
Melansir data dari CoinMarketCap, pada pukul 09:15 WIB, bitcoin ambles 3,91% ke level harga US$ 64.535,54/koin atau setara dengan Rp 922.858.222/koin (asumsi kurs hari ini Rp 14.300/US$), ethereum merosot 3,13% ke level US$ 4.596,43/koin atau Rp 65.728.949/koin.
Sedangkan koin digital polkadot memimpin pelemahan kripto 10 besar berkapitalisasi pasar di atas US$ 30 miliar, yakni ambruk 9,65% ke level US$ 45,87/koin (Rp 655.941/koin).
Hanya koin digital berjenis stablecoin, yakni tether dan USD coin yang masih mampu menguat tipis pada perdagangan hari ini.
Berikut pergerakan 10 kripto dengan kapitalisasi pasar di atas US$ 30 miliar.
![]() |
Sebelumnya, bitcoin kembali sentuh rekor tertinggi barunya pada Rabu pagi pukul 09:19 WIB, yakni di level US$ 68.744,03/koin. Rekor tertinggi bitcoin sebelumnya dicetak pada Selasa (9/11/2021) pagi sekitar pukul 11:00 WIB di level US$ 68.530,34/koin.
Kembali koreksinya bitcoin dan kripto besar lainnya terjadi setelah kabar kurang menggembirakan datang dari China, di mana perusahaan properti terbesar di China, yakni Evergrande Group gagal membayar setidaknya beberapa pembayaran bunga investor internasional atas obligasi yang diterbitkan.
Hal ini pun menambah kekhawatiran pasar akan potensi gagal bayar (default) dari obligasi yang dikeluarkan oleh Evergrande.
Beberapa analis menganggap rekor harga baru bitcoin di atas US$ 69.000 dianggap sebagai reaksi pasar terhadap Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat (AS) yang baru diterbitkan, yang melonjak ke level tertinggi dalam tiga dekade.
"Reaksi spontan pasar terhadap pembacaan inflasi AS terpanas dalam 3 dekade terakhir memicu penghindaran risiko yang disertai dengan dolar yang kuat dan kelemahan di seluruh kripto teratas," kata Edward Moya, analis di perusahaan broker valas Oanda, dikutip dari CoinDesk.
Semalam, inflasi AS dari sektor konsumen (Indeks harga konsumen/IHK) dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.
Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.
Sebelumnya, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.
Melonjaknya inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) kembali melonjak pada malam tadi. Yield Treasury bertenor 10 tahun yang sebelumnya berada di kisaran level 1,4% melonjak 11 basis poin (bp) ke kisaran level 1,5%.
Ketika yield Treasury melonjak, maka investor cenderung melepas saham teknologi yang sedang meninggi dan cenderung mencari investasi alternatif lainnya yang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging), seperti emas dan bitcoin.
"Wall Street dengan cepat menyadari bahwa inflasi belum memudar dan permintaan untuk lindung nilai inflasi akan tetap kuat hingga akhir tahun," tambah Moya.
Di lain sisi, investor cenderung khawatir dengan potensi terjadinya stagflasi di beberapa negara, terutama di China yang sudah terlihat dengan jelas.
"Pandangan kami bahwa telah terjadi perubahan paradigma yang mendalam dalam ekonomi global yakni eisiko inflasi yang bertahan lama di atas target resmi sekarang menjadi risiko serius, dan ini sekali lagi ditampilkan secara mencolok dalam keputusan perusahaan dan rumah tangga," tulis ahli strategi Deutsche Bank dalam risetnya Rabu (10/11/2021), dilansir dari CoinDesk.
Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik (inflasi tinggi), tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libur Tahun Baru Imlek 2023, Apa Kabar Harga Bitcoin Cs?