Jelang Rilis Inflasi AS & China, IHSG Ditutup Merah di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 10/11/2021 12:06 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke zona merah pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (10/11/2021), jelang rilis inflasi dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.658,876 atau terpeleset 11,1 poin (-0,17%) pada penutupan siang. Dibuka turun 0,07% ke 6.665,549, indeks acuan utama bursa ini menyentuh level terendah hariannya pada 6.652,798 pukul 10:15 WIB.

Namun, IHSG sempat menguat sebentar dan menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.681,732 sekitar pukul 09:30 WIB.


Mayoritas saham terpelanting yakni sebanyak 273 unit, 211 lain menguat, dan 175 sisanya flat. Nilai perdagangan masih terbatas di level Rp 6,3 triliun yang melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 741.000-an kali.

Investor asing hari ini masih mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 154,2 miliar. Saham yang mereka buru antara lain PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 206,9 miliar dan Rp 80,6 miliar. Keduanya melompat 5% lebih masing-masing menjadi Rp 6.150 dan Rp 745/saham.

Sebaliknya, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terkena aksi jual dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 33,4 miliar dan Rp 25,4 miliar. Kedua saham tersebut tertekan, di mana UNTR turun 2,1% ke Rp 22.575/saham sedangkan INDF drop 1,2% menjadi Rp 6.275/saham.

Dari sisi nilai transaksi, saham ASII dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kali ini meraja dengan total nilai perdagangan Rp 339,6 miliar dan Rp 319,3 miliar, diikuti BUKA senilai Rp 300,3 miliar, dan PT Banj Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 245,5 miliar.

Kabar buruk penekan IHSG datang dari Amerika Serikat (AS) yang merilis indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir, menurut data Departemen Tenaga Kerja AS.

Kabar itu membalik rilis indeks harga produsen (producer price index/PPI) yang naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai dengan ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Pasar pun cemas dengan adanya peluang bahwa Indeks harga konsumen (yang baru akan dirilis pada Rabu) bakal menunjukkan adanya lonjakan signifikan.

Di sisi lain, pasar akan memantau data inflasi China per Oktober 2021 yang akan dirilis pada hari ini juga. Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan inflasi Negeri Panda dari sisi harga konsumen (IHK) pada Oktober akan meningkat menjadi 1,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor