Investor Kompak Memburu SBN, Harga Obligasi Pemerintah Naik

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
09 November 2021 18:48
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kompak ditutup menguat pada perdagangan Selasa (9/11/2021), di mana investor cenderung mengabaikan sentimen positif dari dalam negeri pada hari ini.

Investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield) di seluruh SBN acuan.

Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 1 tahun menjadi yang paling besar pelemahan yield-nya pada hari ini, yakni melemah signifikan sebesar 48,2 basis poin (bp) ke level 2,937%. Sementara, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali melemah 1,3 bp ke level 6,165%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor cenderung mengabaikan sentimen positif dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada periode Oktober yang mulai kembali pulih.

Bank Indonesia (BI) pada Senin (8/11/2021) kemarin mengumumkan Survei Konsumen periode Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat.

Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang tercatat sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada September 2021. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen sudah optimistis.

Meskipun sentimen di dalam negeri lebih positif, tetapi sentimen cenderung negatif juga hadir, di mana data penjualan ritel pada September 2021 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif. BI melaporkan penjualan ritel RI yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) periode September lalu sebesar 189,5.

Angka ini Turun 1,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 2,2% dibandingkan September 2020 (year-on-year/yoy). Secara yoy, kontraksi September 2021 lebih dalam ketimbang Agustus 2021 yang sebesar 2,1%.

"Hal itu terutama bersumber dari Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya dan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau. Responden menyatakan penurunan tersebut disebabkan oleh permintaan masyarakat yang masih terbatas," sebut keterangan tertulis BI.

Namun, BI memperkirakan penjualan ritel pada Oktober 2021 tumbuh positif. IPR Oktober 2021 diperkirakan berada di 193, naik 1,8% mtm dan 5,2% yoy. Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat berharga pemerintah (Treasury) terpantau melemah pada pagi hari ini waktu AS.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun melemah 3,7 bp ke level 1,46% pada pukul 06:00 waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin (8/11/2021) kemarin di level 1,497%.

Investor akan memantau data inflasi AS dari sisi harga produsen (producer price index/PPI) periode Oktober 2021 yang akan dirilis pada pukul 08:30 waktu setempat atau pukul 20:30 WIB. Ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan PPI Negeri Paman Sam pada Oktober lalu kembali naik 0,6% secara bulanan (month-on-month/mom).

Sementara untuk inflasi AS dari sisi harga konsumen (indeks harga konsumen/IHK) periode Oktober 2021 akan dirilis pada Rabu (10/11/2021) besok pukul 08:30 waktu AS atau pukul 20:30 WIB.

Data inflasi dan tenaga kerja akan dipantau oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), untuk menjadi acuan kebijakan moneter selanjutnya. The Fed akan mulai mengurangi pembelian obligasi atau tapering pada akhir bulan ini, di mana tapering kali ini dilakukan secara bertahap hingga pertengahan tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular