Meski Mengendur, Rupiah Tetap Sukses Menguat 3 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 09/11/2021 15:43 WIB
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (9/11), meski harus terpangkas cukup signifikan dibandingkan awal perdagangan. Dengan penguatan tersebut, rupiah kini sudah menguat dalam 3 hari beruntun.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,25% ke Rp 14.220/US$, setelahnya sempat menguat lagi ke Rp 14.215/US$ atau 0,28%.

Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hingga siang ini, rupiah kemudian mengedur dan mengakhiri perdaganfan di Rp 14.230/US$ atau menguat 0,11% di pasar spot.


Kabar baik kembali datang dari Indonesia di pekan ini, yang membuat rupiah melesat di awal perdagangan hari ini.

Bank Indonesia pada Senin (8/11/2021) mengumumkan Survei Konsumen periode Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang tercatat sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada September 2021.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen sudah optimistis.

"Kenaikan IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, IKK meningkat di hampir seluruh kota yang disurvei, tertinggi di kota Banten, diikuti Makassar dan Banjarmasin," sebut keterangan tertulis BI.

Kenaikan IKK, lanjut keterangan BI, terutama didorong oleh membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik terutama persepsi terhadap lapangan kerja dan penghasilan saat ini.

Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang, demikian keterangan tersebut, juga terpantau menguat dan terus berada pada area optimistis.

Ketika konsumen kembali pede menatap perekonomian, maka kemungkinan besar akan meningkatkan konsumsi yang akan memutar roda perekonomian.

Sebelumnya pada pekan lalu, IHS Markit pada Senin melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Angka indeks tersebut menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.

Sektor manufaktur Indonesia berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga ekspansi sektor manufaktur yang meningkat tajam ditambah dengan konsumen yang semakin pede, tentunya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat di kuartal III-2021.

Sayanganya, ada sedikit kabar kurang bagus yang membuat rupiah mengendur. BI hari ini melaporkan penjualan ritel pada September 2021 mengalami kontraksi atau tumbuh negatif, bahkan lebih dalam dari bulan sebelumnya.

Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat 189,5 pada September 2021. Turun 1,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 2,2% dibandingkan September 2020 (year-on-year/yoy). Secara yoy, kontraksi September 2021 lebih dalam ketimbang Agustus 2021 yang sebesar 2,1%.

Namun, BI memperkirakan penjualan ritel pada Oktober 2021 tumbuh positif. IPR Oktober 2021 diperkirakan berada di 193, naik 1,8% mtm dan 5,2% yoy.

"Peningkatan tertinggi terjadi pada Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Makanan, serta Minuman dan Tembakau.Responden menyatakan kenaikan kinerja penjualan sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan masyarakat seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas serta didukung kelancaran distribusi," tambah keterangan BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS