Gegara Konsumen Indonesia Pede, Dolar Singapura Jadi Jeblok
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura kemarin merosot melawan rupiah, dan penurunan masih belum berhenti pada perdagangan hari ini, Selasa (9/11). Kabar baik terus berdatangan dari Indonesia yang membuat rupiah perkasa, dolar Singapura yang sejak pertengahan Oktober akhirnya berbalik jeblok.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini turun 0,22% ke Rp 10.552,3/SG$ di pasar spot. Sementara kemarin, Mata Uang Negeri Merlion ini turun 0,3%.
Kabar baik kembali datang dari Indonesia di pekan ini. Bank Indonesia pada Senin (8/11/2021) mengumumkan Survei Konsumen periode Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang tercatat sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada September 2021.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen sudah optimistis.
"Kenaikan IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, IKK meningkat di hampir seluruh kota yang disurvei, tertinggi di kota Banten, diikuti Makassar dan Banjarmasin," sebut keterangan tertulis BI.
Kenaikan IKK, lanjut keterangan BI, terutama didorong oleh membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik terutama persepsi terhadap lapangan kerja dan penghasilan saat ini.
Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang, demikian keterangan tersebut, juga terpantau menguat dan terus berada pada area optimistis.
Ketika konsumen kembali pede menatap perekonomian, maka kemungkinan besar akan meningkatkan konsumsi yang akan memutar roda perekonomian.
Sebelumnya pada pekan lalu, IHS Markit pada Senin melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Angka indeks tersebut menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.
Sektor manufaktur Indonesia berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga ekspansi sektor manufaktur yang meningkat tajam ditambah dengan konsumen yang semakin pede, tentunya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat di kuartal III-2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)