
Ekonomi RI Kuartal III-2021 Melambat, Investor Borong SBN

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Jumat (5/11/2021) akhir pekan ini, setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 yang kembali melambat.
Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 20 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor dan mengalami penguatan yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 20 tahun menguat tipis 0,1 basis poin (bp) ke level 6,972%. Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun cenderung stagnan di level 7,183%. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali melemah 1,7 bp ke level 6,208%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Investor cenderung merespons negatif terkait data pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2021, di mana ekonomi Tanah Air kembali melambat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh 3,51% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2021, lebih rendah dari median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia di 3,61% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan tersebut dipicu oleh adanya pengetatan aktivitas masyarakat akibat serangan gelombang kedua virus corona (Covid-19) yang terjadi di bulan Juli-Agustus lalu. Hal tersebut tercermin dari penurunan mobilitas publik di berbagai tempat.
Dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat terhadap sektor manufaktur jelas terasa. Di bulan Juli dan Agustus saja, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi. Artinya pembacaan angka PMI berada di bawah 50.
Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga ambles ke bawah 100 yang mengindikasikan sikap konsumen yang pesimis. Indeks Penjualan Riil yang mencerminkan sektor ritel di kuartal III juga menurun.
Alhasil, investor di dalam negeri cenderung bermain aman dengan kembali memburu pasar SBN pada hari ini dan melakukan aksi ambil untung (profit taking) di pasar saham. Dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) terpantau beragam pada pagi hari ini waktu AS.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun menguat 0,6 bp ke level 1,53% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis (4/11/2021) kemarin di level 1,524%.
Sedangkan yield Treasury acuan berjatuh tempo 30 tahun melemah 0,5 bp ke level 1,958% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 1,963%.
Kemarin, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan bahwa mereka akan mulai menarik program pembelian obligasi bulanan atau tapering senilai US$ 120 miliar pada akhir bulan ini. Tapering akan dilakukan secara bertahap hingga pertengahan tahun depan. Sebagai awalan, pembelian aset dipangkas US$ 15 miliar menjadi US$ 105 miliar.
Setelah berfokus pada dimulainya tapering kemarin, investor kini berfokus pada rilis data penggajian karyawan swasta (di luar sektor pertanian) AS yang akan dirilis pada hari ini pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.
Beberapa analis memperkirakan bahwa penggajian non-pertanian AS akan naik 450.000 sepanjang bulan Oktober. Ekonomi AS pada September mempekerjakan 194.000 tenaga kerja baru, atau jauh di bawah proyeksi analis yang sebelumnya berharap akan ada 500.000 pekerja baru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi