Tapering Dimulai Bulan Ini, Harga Mayoritas SBN Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 November 2021 20:25
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (4/11/2021), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) akan mulai mengurangi pembelian surat berharga bulanan atau tapering pada bulan ini.

Mayoritas investor kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor panjang yakni 25 dan 30 tahun yang kembali cenderung dilepas oleh investor dan mengalami penguatan yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 25 tahun menguat 0,4 basis poin (bp) ke level 7,183% dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun naik 0,2 bp ke level 6,828%. Sementara untuk yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menurun 0,3 bp ke level 6,225%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, pergerakan yield surat utang pemerintah (Treasury) terpantau beragam, di mana yield Treasury bertenor 10 tahun mengalami pelemahan, sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun mengalami penguatan.

Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun melemah 0,7 bp ke level 1,572% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu (3/11/2021) kemarin di level 1,579%.

Sedangkan yield Treasury acuan berjatuh tempo 30 tahun menguat 0,7 bp ke level 1,993% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 1,986%.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Rabu kemarin mengumumkan bahwa mereka akan mulai menarik program pembelian obligasi bulanan atau tapering senilai US$ 120 miliar pada akhir bulan ini.

Tapering ini akan dilakukan secara bertahap hingga pertengahan tahun depan. Sebagai awalan, pembelian aset dipangkas US$ 15 miliar menjadi US$ 105 miliar. Tapering tentu akan membuat likuiditas di pasar keuangan AS (dan dunia) berkurang. Semestinya ini menjadi pukulan berat buat pelaku pasar di Negeri Paman Sam.

Namun, tapering tahun ini cenderung berbeda dan tidak akan membawa krisis seperti pada 2013-2015 silam. Sebab, seperti yang sudah disampaikan, komunikasi The Fed berjalan dengan baik sehingga pasar punya waktu untuk menyesuaikan diri.

"Pelaku pasar sudah lama memasukkan faktor tapering dalam perhitungan (priced-in). Sebab, The Fed sudah lama melakukan komunikasi dan menyampaikan rencana mereka berbulan-bulan lalu," kata Danielle DiMartino Booth, CEO Quill Intelligence yang berbasis di Texas (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Powell pun menegaskan bahwa jika nanti ada perubahan dalam kecepatan tapering, maka akan dikomunikasikan dengan baik. "Kami tidak akan mengejutkan pasar kalau harus mengubah kecepatan tapering. Kami akan menyampaikan berbagai perubahan secara transparan," tutur Powell dalam jumpa pers usai rapat, seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular