
BI: Pelemahan Rupiah Temporer, Segera Menguat Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku pasa keuangan tidak perlu khawatir berlebihan mengenai pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir. Benar, rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), akan tetapi sifatnya hanya sementara.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/11/2021)
"Situasi pelemahan diperkirakan temporer seiring wait and see kebijakan moneter negara maju. Stabilitas nilai tukar rupiah diyakini tetap terjaga ditopang kondisi fundamental yang kuat dan attractiveness aset keuangan domestik yang relatif tinggi dibandingkan emerging market lainnya," jelasnya.
Diketahui, sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menghantam Negeri Stars and Stripes tahun lalu, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan memutuskan pemberian stimulus untuk merangsang ekonomi. Selain memangkas suku bunga acuan hingga hampir 0%, The Fed juga memborong surat berharga senilai US$ 120 miliar per bulan.
Kini dengan ekonomi AS yang semakin pulih, The Fed merasa 'dosis' stimulus itu sudah bisa dikurangi. Sebagai awalan, pembelian aset dipangkas US$ 15 miliar menjadi US$ 105 miliar.
Tapering tentu akan membuat likuiditas di pasar keuangan AS (dan dunia) berkurang. Semestinya ini menjadi pukulan berat buat pelaku pasar, karena lesatan Wall Street (dan bursa saham dunia) sedikit banyak ditopang oleh gelontoran likuditas dari The Fed
"Penyebab pelemahan nilai tukar dipengaruhi antisipasi FOMC dan MPC BoE yang diyakini akan mengurangi stimulus dan mulai menormalisasi kebijakan moneternya," jelasnya.
Kondisi tersebut direspons dengan mengalirnya dana keluar Indonesia, khususnya di aset keuangan pada surat berharga negara (SBN). Meski demikian, Hariyadi mengungkapkan hal tersebut masih cukup baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya yang alami pelemahan nilai tukar lebih dalam.
Seiring dengan kabar baik dari hasil pertemuan The Fed, Hariyadi meyakini nilai tukar rupiah bisa segera berbalik menguat. Ditopang juga oleh perbaikan ekonomi Indonesia yang menjadi persepsi positif bagi investor.
"Rupiah diperkirakan dalam tren menguat seiring fundamental ekonomi yang kuat, cadev yang tinggi, CAD yg rendah, inflasi yang terjaga, dan pertumbuhan ekonomi yang membaik, persepsi investor yang positif sehingga mendukung aliran masuk investor ke aset keuangan domestik," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terimbas Kebijakan Hawkish The Fed, Rupiah Kian Tertekan