IHSG Akhiri Perdagangan Sesi 1 dengan Reli 0,5% ke 6.524,64

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Rabu, 03/11/2021 12:02 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (3/11/2021), di tengah antisipasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.524,640 atau naik 31,4 poin (+0,48%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,07% ke 6.497,865, indeks acuan utama bursa ini sempat menyentuh level tertinggi harian pada 6.529,76 beberapa menit jelang penutupan siang.

Namun, di perjalanannya IHSG sempat tertekan menyentuh level terendah hariannya pada 6.485,251 jelang pukul 11:00 WIB sebelum berbalik menguat tepat pukul 11:00 WIB.


Mayoritas saham menguat yakni sebanyak 272 unit, sedangkan 227 melemah, dan 162 sisanya flat. Nilai perdagangan susut ke level Rp 5,6 triliun yang melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 753.000-an kali.

Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) sangat tipis, senilai Rp 5,1 miliar. Saham yang mereka borong terutama adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 60,1 miliar dan Rp 27,8 miliar. Saham KLBF naik 0,6% ke Rp 1.630/saham dan BBRI tumbuh 0,95% ke Rp 4.250/unit.

Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 35,6 miliar dan Rp 33,2 miliar. Kedua saham tersebut bergerak berlawanan arah dengan koreksi UNTR sebesar 2% dan reli ASII sebesar 1,3% menjadi Rp 22.550 dan Rp 5.975/saham.

Dari sisi nilai transaksi, saham ASII kali ini meraja dengan total nilai perdagangan Rp 221,4 miliar diikuti PT Bank Jago Tbk (ARTO) senilai Rp 216,4 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 211,7 miliar.

Hari ini, pasar memantau sinyal kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang malam ini menggelar konferensi pers usai rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), yang diperkirakan berujung pada ditahannya suku bunga acuan AS (Federal Funds Rate) di level 0,25%.

Bank sentral terkuat dunia ini juga diprediksi mulai mengurangi nilai pembelian aset di pasar dari posisi sekarang US$ 120 miliar/bulan. Komentar seputar inflasi juga dipantau, mengingat indeks harga konsumen (IHK) di AS telah melesat ke level tertingginya dalam 30 tahun terakhir.

Namun pasar menganggap tidak akan ada kejutan dalam pengumuman kebijakan bank sentral tersebut, sehingga sentimen positif masih terus terjaga di pasar Asia, termasuk Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor