Harga Batu Bara Makin Amburadul, Rupiah Ikutan Kacau Balau

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 November 2021 09:45
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Rupiah masih belum lepas dari tekanan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (3/11). Maklum saja, kurang dari 24 jam lagi bank sentral AS (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter. Selain itu, harga batu bara masih terus merosot yang memberikan sentimen negatif ke rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.260/US$. Sempat berbalik stagnan di Rp 14.250/US$, rupiah malah kembali melemah 0,11% ke Rp 14.265/US$ pada pukul 9:10 WIB.

Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar menanti pengumuman tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) The Fed.

The Fed hampir pasti akan mengumumkan tapering, tetapi seberapa agresif masih belum diketahui. Pasar saat ini memprediksi tapering akan sebesar US$ 15 miliar setiap bulan dari level saat ini US$ 120 miliar per bulan. Sehingga perlu waktu 8 bulan hingga QE menjadi nol atau selesai.

Pasar sebenarnya sudah menakar akan terjadinya tapering, dan rupiah juga siap. Sebab kondisi fundamental dalam negeri yang jauh lebih bagus ketimbang 2013, ketika tapering membuat rupiah terpuruk.

Meski demikian, jika The Fed agresif dalam melakukan tapering, spekulasi The Fed akan menaikkan suku bunga di tahun depan akan menguat. Hal ini yang bisa membuat rupiah terpukul.

Sementara itu kemerosotan harga batu bara masih belum berhenti. Selasa kemarin harga batu bara Ice Newcastle Australia turun 1,37% ke US$ 137,1/ton.

Harga batu bara mencapai rekor tertinggi di US$ 280/ton pada 5 Oktober lalu. Jika dilihat dari posisi terakhir Selasa kemarin, maka harganya sudah ambrol, lebih dari 51%.

Batu bara merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Ketika harganya melonjak ke rekor, neraca perdagangan pun mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah. Rupiah pun terus menguat hingga menyentuh Rp 14.020/US$ pada pertengahan Oktober lalu.

Tetapi kini, harga batu bara kembali ambrol, yang membuat salah satu tenaga rupiah untuk menguat menghilang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular