
Investor Berbeda Sikap Terkait Tapering, Harga SBN Bervariasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (2/11/2021), di mana investor cenderung merespons beragam dari sentimen pasar hari ini.
Sikap investor di pasar obligasi pemerintah RI kembali beragam, di mana di SBN bertenor 1, 10, 15, dan 20 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasil (yield).
Sedangkan sisanya yakni SBN berjatuh tempo 3, 5, 25, dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield. Dari SBN yang mengalami penguatan yield, SBN bertenor 20 tahun menjadi yang paling besar penguatannya pada hari ini, yakni menguat 1,7 basis poin (bp) ke level 7,02%.
SBN yang mengalami pelemahan yield di antaranya SBN berjatuh tempo 3 tahun menjadi yang paling besar pelemahannya, yakni melemah 3,4 bp ke level 4,029%. Sementara, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 1,2 bp ke level 6,241%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Tak hanya di pasar obligasi pemerintah RI, beragamnya pergerakan yield juga terjadi di obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini waktu AS, di mana yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung melemah, sedangkan yield Treasury berjangka panjang yakni 30 tahun cenderung menguat
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun melemah 1,7 bp ke level 1,556% pada pukul 07:00 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin (1/11/2021) kemarin di level 1,573%.
Sedangkan untuk yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun menguat 1,2 bp ke level 1,971% pada pukul 07:00 waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin kemarin di level 1,968%.
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan berakhir pada Rabu (3/11/2021) sore waktu AS, diikuti oleh konferensi pers, di mana Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell akan memberikan rincian lebih lanjut tentang rencana bank sentral untuk kebijakan moneter ke depannya.
The Fed diperkirakan akan memulai mengurangi program pembelian obligasi bulanan atau tapering senilai US$ 120 miliar, sebagai bagian dari normalisasi kebijakan moneter. Tapering ini dilakukan secara bertahap hingga pertengahan tahun 2022.
Selain dari rapat FOMC, fokus investor pada pekan ini juga tertuju pada perilisan data pekerjaan, di mana pemerintah AS akan merilis data laporan perubahan pekerjaan ADP terbaru pada Rabu besok. Kemudian pada Jumat (5/11/2021), data pengupahan non-pertanian (non-farming payrolls/NFP) terbaru juga akan dirilis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi