
Ini Loh Saham yang Ramai Dibeli & Dijual Asing di Oktober

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (1/11/2021) lalu ditutup dengan pelemahan 0,58% dan membawa indeks berada di level 6.552,88 poin. Pelemahan indeks ini terjadi pada perdagangan sesi dua, setelah pada perdagangan pagi indeks menguat.
Sedangkan pada Jumat (29/10/2021) atau hari terakhir perdagangan di bulan Oktober, indeks melesat 1,03% ke posisi 6.591,346 dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sebulan, IHSG sudah naik 4,84%, sementara sejak awal tahun (year to date/ytd) IHSG melejit 10,23%.
Selama bulan Oktober, saham yang paling ramai diborong oleh asing (net buy) adalah saham PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), disusul kemudian oleh saham PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Berikut daftar lengkap saham yang mencatatkan net buy selama satu bulan terakhir.
- PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK); sebulan +68,83%; Rp 130; beli sebulan asing Rp 412,86 juta;
- PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT); sebulan +68,70%; Rp 194; beli sebulan asing Rp 67,35 juta;
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI); sebulan +28,04%; Rp 6.850; beli sebulan asing Rp 725 miliar;
- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS); sebulan +15,63%; Rp 1.480; beli sebulan asing Rp 847,93 miliar;
- PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM); sebulan +32,70%; Rp 422; beli sebulan asing Rp 17,66 miliar.
Kenaikan saham DGIK terjadi setelah bulan lalu adanya aksi pemegang saham pengendali emiten farmasi dan produk alat kesehatan, PT Itama Rayonara Tbk (IRRA), yakni PT Global Dinamika Kencana, yang akan mengambil alih sebanyak 51,85% saham perusahaan.
Global Dinamika membeli saham DGIK dari investor lama yakni milik PT Lintas Kebayoran Lama sebanyak 34,12%, PT Loasaindo Aditama sebanyak 7,6%, PT Rezeki Segitiga Emas sebanyak 9,32% dan PT Multidaya Hutama Indokarunia 0,81%, sehingga total saham yang diambil alih adalah 51,85%.
Proses pembelian saham telah selesai pada 6 Oktober 2021. Harga pengambilalihan di level Rp 80/saham sehingga total transaksi menjadi Rp 229,84 miliar.
Manajemen Global Dinamika menyatakan tujuan pengambilalihan/pengendalian ini adalah untuk pengembangan usaha dan memperkuat usaha bisnis perseroan di bidang jasa konstruksi.
Dengan adanya pengambilalihan saham ini selanjutnya Global Dinamika Kencana akan menjadi pengendali baru DGIK. Sebelum transaksi perseroan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan DGIK.
Sedangkan saham-saham yang ramai dijual asing (net sell) sepanjang Oktober lalu sebagai berikut:
- PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA); sebulan -36,68%; Rp 630; jual sebulan asing Rp 104,57 miliar;
- PT Multipolar Tbk (MLPL); sebulan -27,86%; Rp 404; beli sebulan asing Rp 37,22 miliar;
- PT MNC Investama Tbk (BHIT); sebulan -24,69%; Rp 61; jual sebulan asing Rp 88,74 miliar;
- PT BPD Banten Tbk (BEKS); sebulan -21,28%; Rp 74; beli sebulan asing Rp 46,53 miliar;
- PT Bukalapak Tbk (BUKA); sebulan -20%; Rp 680; jual sebulan asing Rp 206,64%.
Saham MPPA ini ramai dilego oleh asing di tengah rencana perusahaan untuk melakukan menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Menurut rencana Grup Lippo, melalui PT Multipolar Tbk (MLPL), perusahaan induk yang sahamnya dimiliki keluarga Lippo lewat PT Inti Anugerah Pratama, akan menjadi pembeli siaga (standby buyer).
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, MPPA berencana menawarkan 1.171.200.788 saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham dan harga pelaksanaan Rp 760 per saham dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI, sehingga, dari rights issue ini, MPPA membidik dana sebesar Rp 890,11 miliar.
Rencananya, dana yang diperoleh dari rights issue sebesar 16,9% akan digunakan oleh perseroan untuk membayar sebagian pokok utang perseroan kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) dengan total saldo terutang Rp 750 miliar.
Selanjutnya, sekitar 8,5% akan digunakan untuk belanja modal perseroan, antara lain untuk antara lain renovasi toko, pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan omni-channel, serta ekspansi toko baru. Sisanya, sekitar 74,6% akan digunakan untuk modal kerja perseroan, antara lain untuk keperluan peningkatan kualitas persediaan melalui pembelian barang dagangan dari pemasok.
Perseroan sudah mendapat restu pemegang saham dalam RUPSLB 9 September 2021. Indikasi tanggal efektif diperkirakan akan diperoleh pada 25 November 2021. Rights issue ini akan dicatatkan di BEI pada 9 Novemver dengan periode perdagangan HMETD pada 9-10 dan 13-15 Desember 2021.
(hps/hps)
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000