Manufaktur RI Kembali Naik, Yield Mayoritas SBN Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 01/11/2021 19:05 WIB
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (1/11/2021) atau perdagangan awal November tahun ini, di tengah hadirnya sentimen positif dari data aktivitas manufaktur dan inflasi Indonesia yang tercatat positif.

Mayoritas investor kembali cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 20 dan 25 tahun yang masih diburu oleh investor, ditandai dengan pelemahan yield-nya.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 20 tahun turun sebesar 0,8 basis poin (bp) ke level 7,003%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun melemah 1,3 bp ke level 7,18%. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 6 bp ke level 6,229% pada perdagangan hari ini.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari data aktivitas manufaktur, di mana IHS Markit mencatat Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur RI bulan Oktober naik 5 poin ke 57,2. Dengan kenaikan tersebut PMI manufaktur RI berada di level tertingginya dalam 5 tahun terakhir.

Selain PMI manufaktur, sentimen positif juga datang dari inflasi RI, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) bulan Oktober 2021 mencapai 106,66 atau secara bulanan inflasi naik 0,12%, sedangkan secara tahunan inflasi naik 1,66% lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia (BI) di angka 1,62%.

Membaiknya sektor manufaktur menjadi katalis positif untuk pasar keuangan dalam negeri di tengah meningkatnya risiko inflasi global.

Namun sejatinya, inflasi yang masih rendah membuat aset pendapatan tetap seperti obligasi negara seharusnya masih lebih menarik, karena keuntungan riil (real return) dari imbal hasilnya pun terhitung lebih tinggi. Tetapi karena investor melihat dari sisi manufaktur RI, maka hal ini mungkin dikecualikan pada hari ini.

Di lain sisi, kenaikan yield SBN pada hari ini juga cenderung terjadi di Amerika Serikat (AS), di mana yield surat utang pemerintah Negeri Paman Sam juga terpantau menguat pada pagi hari ini waktu AS.

Melansir data CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun menguat 2,1 bp ke level 1,577% pada pukul 06:49 pagi waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat (29/10/2021) akhir pekan lalu di level 1,556%.

Fokus investor global pada pekan ini adalah pertemuan terbaru Komite Pengambil Kebijakan Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang dilaksanakan pada 2-3 November.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diperkirakan akan mengumumkan dimulainya pengurangan pembelian obligasi bulanan senilai $120 miliar sebagai pengurangan dari langkah-langkah darurat untuk mendukung ekonomi AS.

Data pekerjaan AS pada Oktober juga akan diawasi ketat oleh investor pekan ini, di mana data laporan perubahan pekerjaan ADP akan dirilis pada Rabu (3/11/2021) dan laporan pengupahan non-pertanian (non-farming payrolls/NFP) akan dirilis pada Jumat (5/11/2021).

Selain itu pada hari ini, data final PMI manufaktur AS periode Oktober 2021 versi Markit akan dirilis pada pukul 09:45 waktu AS atau pukul 20:45 WIB. Sedangkan PMI manufaktur AS versi ISM juga akan dirilis hari ini pukul 10:00 waktu AS atau pukul 21:00 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas