Awal November Bursa Asia Ditutup Mixed, Nikkei Terbang!
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali ditutup beragam pada perdagangan Senin (1/11/2021),di tengah beragamnya data aktivitas manufaktur China pada periode Oktober 2021.
Indeks Nikkei Jepang ditutup meroket 2,61% ke level 29.647,08, Straits Times Singapura melesat 0,65% ke 3.219,05, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,28% ke 2.978,94.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 0,88% ke level 25.154,32, Shanghai Composite China turun tipis 0,08% ke 3.544,48, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,58% ke 6.552,889.
Merosotnya indeks Hang Seng karena terseret oleh saham teknologi, setelah kerangka pengawasan terbaru China pada sektor teknologinya membuat perusahaan raksasa internet China seakan ketakutan.
Indeks Hang Seng Tech drop 1,5%, setelah regulator pasar China mengusulkan daftar panjang tanggung jawab yang ingin dijunjung tinggi oleh perusahaan platform internet China.
Sementara di Jepang, indeks Nikkei ditutup melesat lebih dari 2%, didukung oleh ekspektasi pemerintah yang stabil dan lebih banyak stimulus fiskal setelah partai berkuasa Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida mempertahankan mayoritas dalam pemilihan parlemen.
Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang yang konservatif di Kishida mempertahankan mayoritasnya di majelis rendah yang kuat dalam pemilihan parlemen pada hari Minggu kemarin dan diperkirakan akan mengeluarkan anggaran tambahan untuk mendukung bisnis yang terdampak pandemi.
Hasil pemilu Minggu kemarin membuat lapisan ketidakpastian politik cenderung menghilang dan membuat investor tak lagi khawatir, di mana Kishida bisa mengikuti pendahulunya yakni Yoshihide Suga.
Kembali dari China, data aktivitas manufaktur periode Oktober cenderung variatif, di mana versi Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China dilaporkan mengalami kontraksi, sedangkan versi Caixin/Markit terpantau ekspansif tipis.
Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index) PMI versi NBS mengalami kontraksi menjadi 49,2 pada bulan lalu, dari sebelumnya pada September lalu di angka 49,7.
Ini menjadi bulan kedua aktivitas manufaktur di Negeri Panda ini tertekan, setelah pada September berada di angka 49,6.
Namun dari versi Caixin/Markit, PMI Manufaktur China mengalami ekspansif tipis ke angka 50,6 pada Oktober, dari sebelumnya pada September di angka 50.
Selain China, Jepang dan Korea Selatan juga telah merilis data PMI Manufakturnya periode Oktober pada hari ini.
Di Jepang, PMI manufaktur periode Oktober versi Jibun Bank/Markit tercatat mengalami ekspansif menjadi 53,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 51,5.
Sementara di Korea Selatan, PMI manufaktur periode Oktober versi Markit terpantau mengalami kontraksi menjadi 50,2, dari sebelumnya pada September lalu di angka 52,4.
Data PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.
Masih dari Korea Selatan, ekspor Negeri Ginseng pada Oktober 2021 tercatat naik menjadi 24% secara tahunan (year-on-year/yoy).Naiknya ekspor Negeri Ginseng didorong oleh pemulihan pasca pembatasan wilayah (lockdown), yang mendorong permintaan untuk chip Korea Selatan dan produk petrokimia di negara tersebut.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), kontrak berjangka (futures) indeks saham AS cenderung menguat di tengah antisipasi lanjutan terhadap rilis kinerja emiten, hasil pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan rilis kinerja Oktober.
Investor berekspektasi bahwa The Fed akan mulai mengurangi pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau tapering pada pekan ini, lebih tepatnya di saat pertemuan terbaru Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada 2-3 November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)