Jelang Rilis Inflasi, IHSG Berakhir Hijau di Sesi 1

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Senin, 01/11/2021 11:58 WIB
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melenggang di teritori positif pada penutupan perdagangan sesi pertama Senin (1/11/2021), menyusul rilis data ekonomi yang diprediksi bakal happy ending.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia, IHSG berakhir di level 6.599,887 atau menguat 8,5 poin (+0,13%) pada penutupan siang. Dibuka naik 0,41% ke 6.618,122, indeks acuan utama bursa ini sempat menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.627,851 tepat pukul 09:00 WIB.

Namun, selepas itu IHSG tertekan dan 25 menit kemudian menyentuh level terendah hariannya pada 6.585,742. Itu menjadi satu-satunya momen koreksi di perdagangan perdana bulan November tahun ini.


Mayoritas saham menguat yakni sebanyak 270 unit, sedangkan 224 melemah, dan 167 sisanya flat. Nilai perdagangan susut ke level Rp 6 triliun yang melibatkan 13 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 801.000-an kali.

Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 125,4 miliar. Saham yang mereka borong terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan nilai pembelian bersih masing-masing Rp 51 miliar dan Rp 39,3 miliar. Saham BBRI naik 0,5% ke Rp 4.270/saham dan ITMG lompat 3% ke Rp 22.250/unit.

Sebaliknya, aksi jual asing menimpa saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 12,5 miliar dan Rp 10,5 miliar. Kedua saham tersebut tertekan dengan koreksi masing-masing sebesar 1,4% dan 1,6% menjadi Rp 685 dan Rp 3.740/saham.

Dari sisi nilai transaksi, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kali ini meraja dengan total nilai perdagangan Rp 307,5 miliar diikuti BBRI senilai Rp 215,3 miliar, dan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) senilai Rp 209,1 miliar.

Hari ini, pasar akan memantau Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur Indonesia per Oktober, versi Markit, yang diprediksi berujung pada optimisme pelaku industri nasional.

Menurut proyeksi Tradingeconomics, angka PMI tersebut bakal di level 53 alias membaik dari sebelumnya 52,2. Angka PMI menggunakan 50 sebagai titik tengah. Di bawah itu, aktivitas manufaktur dianggap terkontraksi, dan jika di atas level itu maka dianggap berekspansi.

Pasar juga memantau data inflasi yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,09% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 1,63%. Adapun inflasi inti yang mengecualikan harga barang yang pergerakannya volatil dan mencerminkan daya beli masyarakat diprediksi sebesar 1,36% yoy.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Tunggu Kabar Penting, IHSG & Rupiah Anjlok Berjamaah