Saham LUCK-DNAR 'Berkobar', Tambang Hary Tanoe-Emtek Drop!
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten distribusi perangkat dan jasa dokumentasi PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) dan emiten bank PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) menjadi top gainers pada sesi I perdagangan hari ini, Jumat (29/10).
Berbeda, saham emiten maskapai penerbangan milik pengusaha Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) dan emiten media Grup Emtek PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) harus rela berada di deretan top losers.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound hingga siang ini. IHSG naik 0,78% ke posisi 6.574,669 pada penutupan sesi I perdagangan Jumat (29/10).
Menurut data BEI, ada 305 saham naik, 185 saham merosot dan 156 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 6,69 triliun dan volume perdagangan mencapai 12,57 miliar saham.
Investor asing pasar saham masuk Indonesia dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 87,88 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 84,92 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi I hari ini (29/10).
Top Gainers
Sentral Mitra Informatika (LUCK), +19,83%, ke Rp 278, transaksi Rp 60,6 M
Bank Oke Indonesia (DNAR), saham +7,96, ke Rp 244, transaksi Rp 19,0 M
Bumi Benowo Sukses Sejahtera (BBSS), +7,46%, ke Rp 72, transaksi Rp 4,6 M
MNC Investama (BHIT), +6,67%, ke Rp 64, transaksi Rp 31,1 M
Surya Permata Andalan (NATO), +5,98%, ke Rp 620, transaksi Rp 202,7 M
Top Losers
Sky Energy Indonesia (JSKY), saham -6,87%, ke Rp 122, transaksi Rp 10,4 M
Indonesia Transport & Infrastructure (IATA), -4,92%, ke Rp 58, transaksi Rp 25,9 M
Ricky Putra Globalindo (RICY), -4,12%, ke Rp 93, transaksi Rp 2,3 M
Surya Citra Media (SCMA), -3,60%, ke Rp 428, transaksi Rp 39,0 M
Trimegah Sekuritas Indonesia (TRIM), -3,32%, ke Rp 408, transaksi Rp 118,3 M
Saham LUCK memimpin kenaikan dengan melesat 19,83% ke Rp 278/saham, melanjutkan kenaikan dalam 2 hari terakhir. Dalam seminggu saham LUCK melejit 25,23% dan dalam sebulan terkerek 24,11%.
Kedua, saham DNAR mencuat 7,96% ke Rp 244/saham. Kenaikan saham DNAR bersamaan dengan penguatan sejumlah saham bank mini lainnya.
Sementara, saham IATA anjlok 4,92% ke Rp 58/saham. Dengan ini, saham IATA sudah ambles selama 7 hari perdagangan beruntun.
Koreksi ini terjadi setelah saham IATA, yang tidak bergerak di level gocap atau Rp 50/saham sejak pertengahan Februari 2017, tiba-tiba 'bangkit' dan melonjak 34,00% dan 34,33% pada Senin (18/10) dan Selasa (19/10) pekan lalu.
Adapun sentimen yang tampaknya mendorong saham IATA adalah soal kabar perseroan yang baru-baru ini mengubah bisnis utamanya dari transportasi ke bisnis pertambangan batu bara.
Perseroan baru-baru ini telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengakuisisi PT MNC Energi dari PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebagai pemegang saham mayoritas.
"Setelah transaksi, IATA akan menjadi entitas induk untuk seluruh perusahaan batu bara MNC Group," ungkap Head of Investor Relations MNC Group, Natassha Yunita, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (18/10/2021).
Selain itu, IATA baru-baru ini mendapatkan investor baru, yakni Literati Capital Investments Limited dan Yaris International Ltd.
Dua investor ini masuk ke perusahaan tersebut melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) alias private placement dengan menyerap 718.147.000 saham dengan nominal Rp 50.
Private placement ini dilaksanakan pada 19 Oktober 2021 lalu dan dieksekusi di harga Rp 50/saham, sehingga perusahaan mendapatkan dana segar Rp 35,90 miliar.
Bersama saham IATA, saham SCMA merosot 3,60% ke Rp 428/saham.
Pelemahan saham SCMA ini terjadi pada hari pertama perdagangan saham dengan nilai nominal baru Rp 10 pasca-stock split (pemecahan nilai nominal saham) di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Jumat (29/10) ini.
Sebelumnya, rencana stock split tersebut sudah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan yang diadakan pada 13 Oktober 2021.
"Pemegang saham telah menyetujui perubahan nilai nominal saham perseroan dari nilai nominal sebelumnya sebesar Rp 50 per saham menjadi Rp 10 per saham [rasio 1;5]," ungkap Direksi SCMA, Selasa (26/10/2021).
Tak hanya melakukan pemecahan nilai nominal saham, sebelumnya SCMA juga mengumumkan rencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp 200 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)